Tuesday, September 30, 2008

-E-

untuk semua sayang yang lo tunjukan sebagai sahabat
untuk pizza ditengah malam, usai gue operasi
untuk malam-malam perbincangan ga penting kita,
terima kasih E

bukan hal mudah buat gue terima kenyataan lo jauh disana sekarang,
meraih kebebasan yang lo impikan sejak dulu
berkapal pesiar, berkeliling dunia, mencari rumah idaman
guess what.... you can always come back to me whenever you want... you got home with me.

entah apa yang kita punya, lo selalu ada saat gue membutuhkan seseorang bicara, mendengar
lo yang pertama bilang, "you are something, at least to me nit."
saat gue lemah, tersesat dalam bimbang, lo ada disana menemani gue melewatinya
if there is a soulmate, mine is you.

kalau sempat pulang, mampirlah sejenak
kita masih punya janji makan siang di Sizzler yang tak pernah terwujud sejak 3 tahun lalu,
entah lo atau gue, tapi waktu tak pernah sepakat dengan kita.

-E- jangan pernah menyerah dalam hidup. masih ada nasi menunggu lo di Jakarta. masih ada nita yang selalu bisa lo telpon kapan pun lo mau.
-E- damn... miss you so much bro.

Monday, September 29, 2008

Percakapan Sahabat

Lokasi / situasi : Kedai Tempo jam 8 malam, hari lupa. hanya ada me dan 2 sahabat lelaki.
Me :*singing* hidupku untuk hutang.....
disambung derai tawa kawan-kawan
kawan 1 : kenapa lo ga nikah aja sama dia nit... kalian kayaknya cocok
kawan 2 : lah kenapa nita ga sama lo aja... kalian juga cocok...
me : bodoh kalian berdua, siapa juga yang mau sama kalian. emang gue piala bergilir, ga segitu putus asanya sampai harus memilih kalian huh....
jeda.... sejenak..
kawan 2 : siapa yang mau sama kita yah... bujang lajang penuh hutang...
disambung derai tawa....
Me : cabut aja yuks.... mungkin kita bertiga bakal jadi the last lajangers on earth :-)

//

Lokasi / situasi : setia budi, friend's kos, jam 10 malam. me dan dua sahabat perempuan. HBO memutar serial "The Unit" ketika seorang tokohnya berkata "what's the point of getting married."
Me : Iya neng, so what is the point of getting married anyway?
kawan 1 : dunno... cuma ada sakit hati. piss of shit... untung ada my twins
kawan 2 : yeah, you r still lucky to have a twins
me : cuma untuk menghalalkan kemaksiatan aja kali lo.
disambung derai tawa....
kawan 1 : yeah, that's true too... daripada zina selamanya.
me : lucky you then... look at me... ga berani buat dosa, menikah pun tidak
kawan 1 : cuma buat saluran kencing doang dung lo...
disambung derai tawa.....

//

Lokasi / situasi : Sushi tei, hari lupa jam 9 malam. me and my friend.

me : well at least im lucky for being single. bisa jatuh cinta dengan siapa saja yang gue suka.
kawan : yeah setiap status punya kelebihan dan kekurangan. apa yang lo rasain mostly? kesepian kan.
me : short of... but I got you right
disambung tawa miris
kawan : and you are right, you can fall in love with anyone you like. I cant. (sambil menunjukan cincinnya) situasi kita tertolak belakang banget yah. gimana kalau pasangannya tahu lo naksir dia.
me : masalahnya justru baru akan dimulai kalau dia-nya tahu gue suka... so selama gue masih bisa menyimpan perasaan dan dia ga perlu tahu itu.... gue aman.. lagian hasil diagnosis hati, belum tentu cinta kok
kawan : you r playing safe
me : yeah at least for myself.

Sebungkus Kenangan, Sekotak Rindu

Baru saja minggu lalu kutetapkan hati untuk membungkus kembali kenangan antara aku dan Ram dalam sebuntal kertas koran, lalu menyimpannya di peti bersama tumpukan novel roman dan jurnalku. what is past is past, what is lost, is lost.... there goes my love for you...

Disaat yang sama kubenihkan rasa benci, marah, kesal untuk kenangan yang tak akan pernah kembali. untuk sebuah persahabatan yang tak mungkin muncul seusai cinta. untuk harapan-harapan yang membusuk dalam penantian konyol.

Tiba-tiba seorang kawan menanyakanku sudah pernahkah kutonton film "Before Sunrise" lalu seperti sebuah slide foto yang muncul bertubi-tubi di kepalaku. muncul pula segambreng rasa yang sedang kucoba kubur, ya rindu, ya benci...

Tiga tahun lalu, sesaat sebelum perpisahan itu di Soekarno Hatta, Citra memintaku menonton Before Sunrise dan Before Sunset. "lo harus nonton ini, its so you. fall in love with the stranger that changed your whole life." kupikir sudah lewat masaku mengenang film itu meski begitu mengesankan. dua malam lalu, film itu kutonton ulang... tapi kali ini.. tanpa rasa... sudah matikah cinta yang pernah ada?

Dua kotak DVD itu pun dapat giliran untuk dibungkus dan masuk dalam peti kenangan. kurasa kutelah siap melupakan semuanya tentang Ram.

Wednesday, September 24, 2008

Jakarta Hujan

Jakarta hujan malam ini. Rasanya perlu diabadikan setelah lebih dari dua minggu, Jakarta kering kerontang dengan panas menyengat kulit. 34-35 derajat celcius... lumayan latihan sebelum umroh- ikutan tren sekarang dong, kaya sedikit pergi umroh, bawa infotainment biar terlihat betapa religusnya kita hehehe....

Apa tak kalah religiusnya orang-orang yang berpuasa ditengah terik panas matahari di Jakarta belakangan ini? penuh keikhlasan menjalani puasa... weits tenang, gue tidak sedang bicara diri sendiri lah. Masih doyan marah dan ngedumel terhadap semua hal, namanya belum ikhlas, baru belajar jadi ikhlas.

Tapi malam ini hujan, sederasnya hujan yang diawali angin kencang, menggugurkan daun-daun mangga yang sudah menjadi coklat. Menggoyahkan batang pohon sawo kecik yang semula kokoh dan membuyarkan puluhan bunga kamboja yang baru saja mekar. Indah sekali. Musim gugur yang tak ada di Jakarta ;-)

Hujan turun perlahan kemudian deras menggedor jendela kaca metromini. Di jalan semua orang berteduh. Tapi tidak para pengemudi motor. Sama dengan gue, mereka menikmati hujan. Meski tak harus menari kesetanan seperti BCL di film Cinta Pertama saat menyambut hujan. Tak perlu seromantis Kla Project dalam Gerimis. Gue tiba-tiba jatuh cinta pada hujan malam ini.

Sambil makan tahu Jepang goreng cabe garam dan brokoli oseng, gue menikmati hujan yang terus turun. Suaranya parau, tersaru bunyi klakson mobil dan bis menderu. Bernyanyi riang di genteng restaurant... aku datang... aku datang.... Ah gue jatuh cinta pada hujan malam ini.

Hujan mereda meninggalkan sisa becek yang digerutui banyak orang, pejalan kaki dan pengemudi motor. Helmetnya basah tapi terpaksa juga gue pakai. Bau aspal yang basah begitu wangi tercium. Udara yang tiba-tiba dingin mengaliri tulang belulang. Hidung gue mampet kemudian, kepala pening, masuk angin. Tapi tak menyurutkan cinta gue pada hujan malam ini. Lagi, cinta gue pergi meninggalkan becek dan masuk angin, tapi tak akan pernah gue berhenti mengharapkan hujan datang kembali.

Monday, September 22, 2008

CLBK?

Tiba-tiba hari ini dapat telepon dari kawan SMP, Aa Rafi. Dia memang sudah gue anggap Aa sendiri, sudah dekat sejak SMP sampai sekarang. Beberapa kali putus sama pacarnya karena perempuan-perempuan itu tak suka kedekatan kami. Untungnya tak pernah ada masalah dari pihak gue hehehe, ga punya pacar sih waktu sekolah ;-P, karena gue emang orang yang serius banget sama pelajaran... taelah boong bener!

Anyway, ada reunian kecil di line telepon. Dia menanyakan kabar bunda dan adik-adik gue, kemudian kawan-kawan yang lain. "Lo kangen sama gue ga sih nyet?" kata dia... Ya nggalah A. kekekek... "udah ketebak jawaban lo begitu!" kata Aa sambil cengengesan. Dia mengganggu ibadah tidur gue hari ini, padahal semestinya gue masih bisa colongan tidur barang 15 menit aja di kantor. Huh.

"A, temen kita sapa sih yang masih single?" tanya gue. Dia ketawa ngakak... sialan! keliatan banget desperadonya yah :(. "Let see nyet..hmmm" sok pikir, mayan lama tuh... "Cuma Andri. Lo mau lagi sama dia?" tanya dia.... Kaga A... bukan karena dia ga ganteng yah. Jaman SMA dulu sempet ada hati tuh cuma karena dia bisa menghitung cepat.. hehehe... orang-orang cerdas selalu mempesona gue memang :-). Tapi Aa dari dulu wanti-wanti, meski pintar sangat hidupnya carut marut, bergantung hidup pada kontrakan orang tua, dan bentar lagi menghitung warisan dibagi. huahahahaha.... kaga dah!

"Kalau kebanyakan milih, kapan lo mau kawin dan punya anak?"tanya Aa.
"Kalau cuma pengen punya anak tinggal kawin A, ga usah pusing cari suami." kata gue enteng.
"Masyaallah Nita, wooiii, tarik katakata lo monyet."
"hehehee, Aa Aa... lo tau gue lah, cuma dimulut doang gue seberani itu. Tenang masih inget Tuhan kok gue. Soal jodoh mah pasrah aja. Dikasih sukur, ga dikasih ya sukur lah."

Jumat kemarin, kawan gue lainnya dari SMP, Nadi juga tiba-tiba cetingan sama gue. Lagi-lagi gue tanya, "Nad, Yudhi dah kawin belum?", dia jawab" Cie nenek, belum tuh. Kalian balik aja lagi. Sapa tahu emang jodoh. Gue doain deh nek."

Hua Yudhi itu cowo paling pertama yang muncul di hati gue waktu SMP kelas I, dia sendiri temen SD. hihi orang tua dia kenal banget sama bunda, terakhir kami ketemu waktu papi meninggal 5 tahun lalu. Kali ini semua ada di Yudhi, cakep plus cerdas... tapi... ga deh...

Phewww, koleksi cowok single dari daftar pertemanan SD-SMA dah ga ada yang menarik. Ngga mudah ternyata untuk membangkitkan cinta lama kekekek... pun tak semudah mencari cinta baru sih. Terlalu banyak milih, pasti. Meski ingin sangat untuk menikah dan menjalani kehidupan seperti kawan yang lain, tapi kalau belum ada ya mau apa. Lagi-lagi harus menyakinkan diri, perkawinan itu bukan ajang main-main. Bukan asal ngengkang lalu bikin anak. Tanggungjawabnya besar dan menjaga hati itu yang sulit. ah sudahlah... toh gue bersyukur masih dipercaya Tuhan untuk jatuh cinta lagi sama seseorang. Kalau dia memang jodoh gue, ya biarkan saja semua mengalir.

Thursday, September 18, 2008

Mantra Sakit Hati

barangkali kau tak pernah mengerti
aku mengiri surat kepadamu berulangkali
harapan mendapat balasan menjelma keresahan
mengembang menjadi kecemasan dan impian
bagai anak burung belajar terbang
tak pernah pulang ke sarang

barangkali kau musti kuanggap mati
karena aku tak lebih dari sendiri!

-Barangkali! Barangkali! - Sitok Srengenge

tiap kali patah hati, satu kalimat terakhir selalu jadi mantra penguat hati. rasanya sebentar lagi akan kembali berbunyi....

Wednesday, September 17, 2008

Arisan

"Nit, siapin tema cadangan kayaknya si K ga jadi datang ke studio." kata mas Ade dipukul 12.00. "Waks, acaranya jam 2.30 sore mas, tema apaan yang bisa dicadangin. Bantuin riset nanti aku cari sisipannya."
Pukul 13.00, Mas Ade telpon gue.... K ga bisa datang, ada arisan katanya...
GUBRAK...

mbok ya ada sedikit rasa nda enak pada media kami, yang meski belum sebeken radio-radio ha ha hi hi di Jakarta, ini radio dikelola secara profesional. Ada redaksi yang menyiapkan tor, ada penyiar yang siap dengan mental dan performanya. Rencana wawancara itu sudah dibuat seminggu lalu... tapi batal... cuma karena arisan? huaaaaa.... kill me aja deh

Arisan adalah kelompok orang yang mengumpul uang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu. Setelah uang terkumpul, salah satu dari anggota kelompok akan keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan jalan pengundian, namun ada juga kelompok arisan yang menentukan pemenang dengan perjanjian. Arisan beroperasi di luar ekonomi formal sebagai sistem lain untuk menyimpan uang, namun kegiatan ini juga dimaksudkan untuk kegiatan pertemuan yang memiliki unsur "paksa" karena anggota diharuskan membayar dan datang setiap kali undian akan dilaksanakan. - Wikipedia-

Mari berbaiksangka di bulan puasa... dia terpaksa untuk hadir dalam arisan itu, atau kita harus memaklumi cuma di arisan ini dia bisa bersilahturahmi dengan sanak saudara. TAPI tidak dengan mengorbankan orang lain dung seharusnya....*muka bete*

Ga ada yang salah sama arisannya, wong gue ini pecinta kegiatan arisan. Sebut aja, mulai arisan duit, arisan barang sampai dulu jaman SMP kita pake arisan permen. Kalau pas dapat arisan, koleksi permen gue bisa bertoples toples. Arisan bikin kita merasa dekat sama teman. Apalagi seperti sekarang ini teman-teman kampus merasa kita butuh arisan yang bisa memaksa kawan berkumpul sebulan sekali. Tapi bukan berarti kita melulu hadir di arisan tersebut, kalau kepepet tinggal ditransfer aja uangnya, beres. Satu lagi, arisan bukan kegiatan dadakan, apalagi kalau butuh tempat dan FnB, kudu pake planning...

Dan mba K, katanya profesional, masa jadwal arisan kok bisa bentrok sama jadwal wawancara? ah...

Dalam Sadar

Aku tahu pasti mata ini sedang terbuka ketika tiba-tiba kurasakan nafasmu ditelingaku, dekat sekali, nafas yang hangat.
Tubuh telanjangmu menindih punggungku lalu kamu bisikan "aku sayang kamu."
Aku tak menjawab dan hanya mampu menutup mata, menikmati indahnya kata-katamu, tubuhmu.
Aku bermimpi dalam sadar pagi ini.

Sebaiknya pergi saja dan tak usah mendekat,
aku dan kamu tak akan pernah bisa membuat cerita lalu membungkusnya menjadi kenangan.
Aku tak akan mampu menjamahmu dalam nyata, tak akan bisa membaui mu.
Aku hanya bisa menggauli bayangmu.

Kamu kesempurnaan bagiku, kesempurnaan yang terpajang di etalase toko dengan peringatan "pecah berarti membeli." Ah kalau saja kamu bisa kubeli...
Kamu kesempurnaan yang tak bisa kusentuh, kuraba lalu kuperiksa adakah cacatmu, adakah sesuatu yang bisa mengubah perasaanku padamu.
Sebaiknya tak kulakukan itu agar kau tetap sempurna dimataku.

Biarkan aku menggauli bayangmu dalam sadar,
mengagumi kesempurnaanmu dalam diam,
dan mencintaimu dalam hati.

sial

Tuesday, September 16, 2008

Inspiring Night

There is no such a bad day. They are all special in there own way."

Selama beberapa waktu ke belakang hari-hari gue penuh keluhan tapi baru hari ini seorang kawan membuat gue tahu arti kata bersyukur. Malam ini pertemuan dengan kawan-kawan baru berakhir dengan pencerahan buat gue, Mas Meiky, Mas Iyonk dan Mas Q, terima kasih yah.


Soal pekerjaan

Setiap pekerjaan itu harus dengan target angka, misalnya reporter harus tegas setoran berita 3 kali dalam sehari, seorang penyiar sudah harus punya target bahan atau planning siaran untuk tiga hari kedepan dan setor setiap hari pada gue. Termasuk dalam program off air, harus pasang target dalam angka. Itu yang nanti bakal jadi bahan evaluasi, komparasi nilai yang fair bagi karyawannya. Penilaian kualitatif atasan bisa sangat subyektif tapi dengan angka, semuanya jadi jelas. Selain itu angka itu harus ada karena produk yang kita jual harus juga menghasilkan angka, ada 8 produk dan berapa rupiah yang bisa diraih dari produk tersebut. Real kan. Lagian kreativitas itu harus terus dibangun bukan berdasarkan “mood” tapi target.


Kemudian bahwa dalam posisi gue sekarang mestinya gue bisa memanfaatkannya dengan sangat baik. Dari seorang penyiar dan reporter, sekarang gue belajar lebih banyak tentang manajerial, finansial sampai pada hal paling praktis seperti Event Organizer. Ya hari ini gue bisa berkeluh kesah dengan tugas yang menumpuk, ya hari ini gue bisa marah-marah karena semua tidak sesuai dengan materi yang diraih. Tapi pikirkan tentang perpindahan kuadran dalam hidup gue yang sedang dilakukan. Bahwa gue tak lagi hanya berkutat pada kualitas laporan gue, atau berkutat dengan deadline yang dikejar-kejar editor, gue sedang menjalani apa yang mereka sebut New Life Challenge. Sesudah ini ada banyak ilmu yang bisa gue aplikasi ditempat baru nanti misalnya. Gue ga boleh lagi cuma bermain di satu kuadran pekerjaan yaitu jurnalistik, pegang itu sebagai kelebihan tapi yang pasti skill gue sudah bertambah. Gue bukan lagi bekerja untuk uang, tapi mestinya gue mempekerjakan uang untuk kehidupan gue. Waks yang terakhir ini belum mudeng om, sorry.


Mestinya gue bersyukur bahwa dengan format yang sekarang justru lebih jelas, green, lingkungan. Meski bakal sulit cari pasar untuk jualan, tapi perbedaan itu menguntungkan. Ada banyak program off air yang bisa gue manfaatkan untuk jualan kawan-kawan marketing. Tapi tentu saja ide itu tak bisa gue jabarkan disini, nanti dicuri hehehe, konsep atau ide itu muaaahhaal jack. Sekali lagi makasih mas, gue simpan baik-baik ide itu, nanti kalau sudah pas waktunya, kita jabarin deh :-)


Soal agama dan kehidupan.

Bahwa beragama bukan sekedar lo percaya pada Tuhan lalu berbuat baik pada manusia tanpa menjengukNya dalam sholat dan dzikir. Sholat itu bukti syukur kita pada Nya dan Dzikir adalah cara untuk merelaxkan kehidupan lo yang penuh penat, tak perlu pake tasbih untuk berdzikir, tapi lakukan itu dalam duduk, kerja bahkan mendengar orang lain curhat hehehe, waks bisa dibilang ga konsen nanti mas. Bahwa tak perlu mencari pembenaran atas tindakan yang lo tahu adalah dosa. Jangan lakukan jika takut dosa. Bahwa penting untuk mempelajari ensensi beragama itu seperti apa, tapi belajar lah sambil melakukan perintahnya. Jaga hubungan baik dengan Allah dan juga manusia, harus seimbang atau kalau tidak, tak jadi ibadah namanya.

Ah diskusinya jadi panjang sampai ke soal jilbab dan poligami juga adzan yang mesti perlu disiarkan. Karena media punya fungsi memberikan informasi termasuk informasi telah masuk waktunya sholat dan berbuka :-). Kalau soal poligami, well gue dapat masukan dari perspektif yang berbeda dan itu menyenangkan.


Ini yang paling gue suka dalam urusan pergaulan, bahwa lo bisa selalu pulang membawa sesuatu yang berguna. Bahwa diantara becanda ada ilmu yang terbagi. Dan sekarang gue membaginya untuk kamu pembaca blog ini. Semoga terus berguna dan bisa ditularkan lagi ke orang lain. Kalau jadi begitu kan paling ga gue menyimpan bekal saat mati nanti, ilmu yang berguna untuk orang lain ha ha ha... Amien lah.


tengkyu all... ini bukan notulensi rapat loh, ini notulensi pencerahan gue dari anda sekalian. Makasih sudah membuat gue tahu caranya bersyukur dan menikmati apa yang sedang dijalani :-)

Kawin Politis

Kata Mas Yudhi, guru siaran gue, kalau lagi sedih ingatlah selalu hal yang membahagiakan atau membuatmu tersenyum... ah terima kasih guru. Kali ini gue memang butuh kelucuan lainnya.

Kemarin tiba-tiba salah seorang sahabat gue bilang "gue jadi nikah nit, bulan juli tahun depan." Loh yah bagus, kata gue. Tapi mukanya dia sedih banget. Lah mau enak kok jadi murung. Pernikahan dia memang tak semudah yang dibayangkan. Anak ini tak suka pada calon bininya. Tak lagi cinta katanya...

"lah lo cowo apaan dibeli perempuan begitu." kata kawan lain. Semua gedung dan biaya resepsi sudah dibayarkan... wuiiddiihhh dengan 2000 undangan dan tanpa cinta? dunia sudah gila memang. Temen gue makin murung. ga gitu juga kali kata dia.

Ya ya ya, we know the truth lah. well gue rasa gue tahu alasannya. Politis banget. Kalau lo benci sama sinetron Indonesia yang bercerita bagaimana orang kaya mencari orang kaya lainnya demi menyelamatkan hartanya, well itu terjadi tau dalam dunia nyata. Memang tak selalu begitu, tapi iya ada. Meski dunia berganti, teknologi makin maju, urusan cinta dari jaman Gajah Mada sampai sekarang tetap sama... bukan dengan istilah bibit bebet bobot tapi SES... Status Ekonomi Sosial... dikelas mana lo berada.

Dari banyak perkawinan kawan gue, sulit rasanya untuk tahu mana yang menikah karena cinta. "gue cuma mau ngebuktiin bahwa pada akhirnya gue bisa ngedapetin dia."
"gue cuma butuh dia ditempat tidur. demi kehalalan maksiat."
"gue pengen punya anak sebelum umur bertambah."
"gue pengen hidup tenang."
"gue dijodohin nyokap. mau gimana lagi, nyokap nit yang ngomong, nyokap."
"ya mau ngapain lagi hidup gue, tinggal nikah."

begitu tuh jawaban sebagian besar kawan-kawan gue. Nyaris tak mendengar alasan yang paling masuk akal untuk menikah. "Saya cinta kamu dan ingin berbagi kerutan sama kamu" ha ha ha... masuk itungan ga yah kalau suatu hari ada yang ngomong gitu sama gue kekekek.. pernah dilamar tanpa aling-aling cuma bilang "rumah yang seperti ini yang ingin aku bagi sama kamu." sambil nunjuk maket rumah disebuah pameran.... ya ya ya.... kamu bagian belakang aku didepan. huh...

tapi pastinya tak ada yang bakal nikah sama gue karena alasan politis wong harta aja ga punya. untung tak terlahir dalam budaya perempuan penyedia mahar yah... waks bisa ga nikah selamanya hihihi.

ah kawan-kawan ini selalu membuat gue berpikir dua, tiga kali untuk menikah. tak ada alasan paling tepat untuk menikah kecuali cinta. sampai ada kata-kata dan tindakan yang tepat ungkapkan cinta, gue selamanya menjomblo, menikmati pemandangan pernikahan kawan-kawan yang politis itu :-)

Monday, September 15, 2008

Dua Cinta

Entah dimana aku pernah mengakui diri percaya pada dua cinta. Bahwa sebuah pernikahan tak akan mampu menahanmu dari jatuh cinta dan yang membatasimu hanyalah kesetiaan. Aku pernah sangat memuja kesetiaan, aku pernah berada diposisi membenci perselingkuhan. Tapi hati bukan barang mati yang bisa aku kurung dalam sebuah sangkar bernama pernikahan. Dia bisa bebas lepas tanpa orang lain tahu kecuali si empunya hati.

Dalam hati akan ada ruang yang terisi bisa lebih dari satu cinta, dalam kadar yang berbeda, dalam kualitas yang tak sama. Selalu ada tempat istimewa untuk sebuah cinta. Aku masih membagi hati untuk banyak cinta. Untuknya dan untuk dia dengan kadar yang berbeda, satu dengan yang lain tak bisa ditimbang sama besarnya, karena cinta tak bicara kualitas dan kuantitas, tapi rasa.

Jika kau tanya adakah dirimu dihatiku saat ini? Ya kamu memenuhi sebagian besar relung hati, rasanya naik ke kepala dan sebagian turun ke perut. Tiap kali mengingatmu, perutku mulas, ada rindu tak tertahan, yang ingin sekali ku jeritan dibalik gigitan bibir.. Aku cinta kamu bodoh, mengertilah, bacalah hatiku.

Lalu dia? tak usah cemburu padanya. Dia tak ada dalam nyata tapi dia ada disana. Disebagian tempat dihatiku. Tak perlu kau usik dan usir kehadirannya. Dia tak sama denganmu. Biarkan dia tenang mendapatkan cintaku yang damai. Tapi kamu dapat terusan cinta yaitu nafsu. Kamu telah menang atasnya.

Aku tak akan melepas dua cinta yang membuatku hidup dan sempurna. Aku cintaimu dan dirinya. Dalam kadar yang bernama nafsu, aku memilihmu. Lepaskan dan biarkan aku liar didekatmu.

Thursday, September 11, 2008

Duh

"Aku tak bisa menggombalimu, karena kamu menjadikanku orang yang jujur pada perasaan. Aku tak bisa memujimu, karena aku tak pernah peduli dengan bibirmu yang memang lembut, dengan rambutmu yang memang harum, dengan pipimu yang halus. Aku mencintaimu, apapun yang ada pada dirimu. Jika aku ular jantan, aku tak peduli berapa kali kau berganti kulit. Kau tetap betinaku. Selama ini aku terus mencarimu. Saat kau tak ada, aku menggauli bayang-bayangmu. Dan ketika Tuhan mempertemukan kita lagi, apa lagi yang bisa aku katakan?"

Mahasati-QT

Tuesday, September 09, 2008

Bukan Artis

Kisah sedih nasib seorang "bukan artis" mencari rejeki neh, taelah...
Ceritanya Senin minggu lalu kawan di kantor memberikan orderan jadi moderator disebuah diskusi milik Kementerian Lingkungan Hidup. Gue ambil kesempatan itu. Ini kesempatan bagus untuk menjual diriku pada kesempatan berikutnya. Temanya soalnya undang-undang sampah. Kebetulan juga akhir pekan sebelumnya dapat pencerahan soal sampah di workshop KLH juga. So percaya diri lah kalau harus memimpin diskusi bertema sampah. Hafal lah itu pasal-pasal penting dalam undang-undang tersebut.

Begitu lihat bahan dari panitia, disana tercantum moderator valerina daniel. Kok diganti gue yah? mungkin waktunya ga cocok kali, mungkin harganya ga cocok kali. Okeh deh bodo amat sama alasan kenapa bukan vale yang jadi moderator.

Karena sudah deal dengan harga untuk menjadi moderator, gue take it for granted dong. Persiapan materi sudah, encer lah. Persiapan fisik ini penting. Lola gue ajak muter-muter Plangi untuk cari baju yang cocok untuk acara yang formal itu. Secara gue biasa santai, kesempatan ini gue harus tampil beda. Toh kalau gue beli sekarang anggap aja investasi, bayarnya pake uang honor nanti kekekekek...

Hasilnya sepatu unggu yang sudah diposting sebelumnya dan sebuah blouse yang gue beli bareng irvan juga batik dress. Hmm... kalau diitung itung gede juga modal untuk tampil cantik. Ga papalah toh its worth it untuk tampil habis-habisan.

Senin kemarin, sebuah sms mampir di hape gue... "Mba Nita minta maaf. Pak Gempur minta moderatornya diganti jadi mba Lula Kamal"
Gubrak!

What can I say. Though I knew what the topic is, Im no Celebrity. Memampang nama gue sebagai moderator sebuah diskusi besar bagi kementerian tentu tak bakal laku kejual sama media. Well get real nita, sapa lah lo dibanding Lula Kamal. Isi tuh jadi ga penting dibandingkan kemasan toh.

Ah gagal deh dapat duit tambahan minggu ini :-(

Sakit Jiwa

Tiba-tiba semua hal mengingatkan aku padamu.
Tiba-tiba aku menemukan puluhan laki-laki dengan potongan rambut ala kamu.
Tiba-tiba aku menemukan wajahmu disetiap sudut ruangan dimanapun kuberada. Dan bukan kamu.
Bukan tiba-tiba sebenarnya, hanya saja aku menemukanmu disemua hal, semua cerita, semua fisik, semua gedung, semuanya.
Seperti dikejar setan, aku berusaha menghindar, tapi ketika aku keluar dari cangkangku, wajahmu menyapaku... yang lagi-lagi bukan kamu sebenarnya.
Sampai kemarin aku membeli sebuah kumpulan cerita pendek yang entah mengapa semuanya tentang kita.

Antara aku sakit jiwa atau ini benar-benar cinta. Entah lah.
Yang jelas sejak ada kamu semuanya berubah. Selalu ada kesejukan yang meredakan amarahku. Ada kedamaian usai berbincang denganmu. Ada tenang diantara tawamu.
Tapi aku pasti sakit jiwa jika memilih tetap bersamamu :-(

Monday, September 08, 2008

Bebas Euy

Setelah 4 bulan berplester ria di payudara gue, akhirnya hari ini gue temukan kebebasan yang sesungguhnya. No More Plester! Dokternya bilang kemajuan gue sebulan terakhir sungguh cepat. Karena kedua sisi kulitnya bersatu lebih awal dari perkiraan dokter. Setelah gue ingat-ingat, sebulan terakhir, gue musuhan sama Daging dan Ayam! not real vegetarian yet, tapi gue sudah mencoba keras menjauhi keduanya. Kalau tidak "terpaksa" gue bahkan tidak menyentuh ikan.

Hasilnya nyata... gue sembuh huhuhu... alhamdullillah.

Tapi kalau melihat kondisnya sekarang, jelas beda. Tak ada kaca yang sudah pecah bisa utuh kembali. Dokternya pernah bilang "payudara kamu kayak bendera inggris, warna warni saling silang." huhuhuhu bagaimana mengembalikan warna yang sudah belang bentung begini coba. AH. belum lagi sambungan kedua kulit itu menyusut kedalam, cedok kalau kata orang betawi, belum lagi mulus seperti dahulu. Hey ini cuma masalah estetika pada akhirnya, kalau mau tinggal operasi plastik. Apa gue mau? Ga lah... meski gratis gue ga mau berurusan sama meja operasi lagi.

Begitu dokter melepas plester dan menutupinya dengan plester plastik transparat dan cuma lewat disemprot, ada bahagia tak terkira. Satu tahap dalam hidup gue terlewati. Yang langsung terlintas saat itu... gue bisa mandi besar lagi. ha ha ha... maksudnya mandi dari kepala sampai ke seluruh tubuh, showering. Selama 4 bulan, kegiatan mandi menjadi hal yang menyusahkan. Semuanya dilakukan bertahap. Cuci muka, lalu handukan, karena airnya takut mengaliri plester. Kemudian basuh badan dengan lap, wash-lap, persis bayi, lalu keringkan. Terakhir baru deh keramas. Ah cape sekali, dan berhubung di kosan itu kamar mandinya rame-rame, gue jadi public enemy dalam 4 bulan terakhir hihii... maafkan.

Haul! gue pengen main di water boom, pengen lagi berenang meski ga bisa. Yang penting berendam. Tapi yang ini baru bisa kejadian setelah lebaran. Ga asik berendam lagi puasa :-) kemudian haul berikutnya adalah Luluran. Udah 4 bulan ga bebersih, serasa daki dimana-mana. tenang aja, gue bakal semulus dulu setelah bertemu mba urut di Budhiandika Cinere hehehe.. cari yang murah meriah dong ah.

Terima kasih kawan-kawan atas dukungannya selama ini. Terima kasih dokter Evert yang selalu bisa membuat gue nyaman. Terakhir makasih ya Allah... once again, I passed this Test!

Friday, September 05, 2008

What next

Di awal tahun ini ditembok tempat pengharapan yang biasanya gue tulis pake post it, beberapa hal gue sampaikan disana. Liburan ulang tahun 30 di Bali dan menikah Desember 2008. Yang pertama sudah kesampean. Benar-benar menyenangkan liburan di Bali dengan dua orang sahabat gue, Dewi dan Mekka.

Balik dari Bali hidup gue berubah sama sekali. Apalagi setelah ketahuan ada tumor di payudara gue. Seperti gue pernah cerita, butuh beberapa minggu untuk menguatkan diri sebelum memutuskan operasi. Sekarang semuanya sudah lewat 4 bulan, masalah tumor belum lagi kelar.

Dokter gue bilang, setelah lukanya yang sekarang ditutup handyplast ini kering, gue harus menjalani USG lagi. Untuk memastikan benjolan yang masih ada ini sekedar darah beku atau justru tumor baru. Could not stand to imagine kalau ada tumor baru lagi. Cape melalui proses panjang penyembuhan. Tubuh gue ga mudah berkompromi dengan penyakit. Mungkin gue pikir mati sajalah.

Belum usai soal tumor, gigi graham gue bermasalah. Patah separo dan separo lagi tinggal bertumpu pada tambalan. Dokter bilang tak ada gunanya memelihara gigi begini, sebaiknya dicabut yang tak mungkin lewat proses biasa, operasi kecil. Dear me.

Kalau mikirin cape jadi orang sakit, God Knows how sick Iam of all this problem. Tapi ga cuma itu yang bikin gue cape. Lo pikir semua ini ga pake duit? Cuma orang kaya yang boleh sakit. Orang miskin kaya gue mestinya sehat wal afiat. Saking cintanya Allah sama gue, Dia titip lah neh penyakit bertubi. Allah pede abis bahwa sekali lagi nita bakal bangkit dan bisa menyelesaikan semuanya. Ya sakitnya, ya ongkosnya. Tapi hari ini gue sempat patah arang, klaim kesehatan gue sudah melebihi platform, ga ada lagi pergantian untuk semua obat dan pemeriksaan. Pusing hiks hiks.

Bukan orang Indonesia kalau tidak mencari keuntungan dibalik masalah. Untungnya gue punya Zi, punya sahabat berbagi, punya blog curhatan dan baru aja jatuh cinta. Masih ada ruang di otak gue untuk membebaskan diri dari beban pikiran, lalu mengalihkan perhatian ke masalah hati. Gue cuma bisa bilang pada Allah... okay what next! kalau gue hidup cuma untuk mendapatkan masalah, then let it be! tapi beri gue cinta Tuhan. Beri gue cinta yang bisa membuat gue bertahan menghadapi semuanya. Jangan bunuh yang sedang tumbuh ini. Kalau bukan dengannya maka temukan gue dengan cinta berikutnya. Beri selalu gue alasan untuk menjalani hidup. Cinta.

Menapak Bumi


"De, coba lo ramal masa depan gue sama mantan gue gimana de? masih ada harapan balik ga?," kata gue sambil menyodorkan handphone yang memampang wajah Ram disana. Ade ini terkenal sebagai peramal dikalangan kami. Dia bisa meramal Lola sebelum dia nikah dan punya anak.
Ade melirik ke handphone kemudian garuk-garuk kepala sambil buang muka. "Lo mah gila, ngaca apa. Masa gue disuruh ngeramal lo sama artis bule." kata dia sambil tetap ga memandang gue.

Kontan gue, Dewi dan Lola ngakak, terkocok perut yang baru 5 menit lalu dijejali Pizza. "De sumpah de, ini mantan gue. Gila apa gue ngaku-ngaku pacaran sama artis. Lagian dia bukan artis ade. Orang biasa." kata gue sambil terus tertawa. Ade kembali melirik ke handphone gue. Kali ini dia tak cuma terbelalak. Tapi langsung tersungkur di paha gue.

"Aduh bo, lo beruntung banget sih. Muka lo standar begini, dapat cowo super keren gini. Gue mau dong kayak lo. Muke standar rejeki selangit." kata dia sambil terus menatap muka gue dan berkali-kali melirik handphone digenggaman gue.

Dewi mulailah bercerita tentang satu persatu laki-laki yang sempat mampir di hidup gue. Ada yang sudah jadi penulis sinetron terkenal, artis terkenal sampai birokrat yang sedang sekolah lagi. Terus ada yang jadi direktur sebuah organisasi. "Yang normal cuma satu. tapi gue rasa dia khilaf waktu itu." hehehehehe.... emang.

Tapi sumpah deh, mereka gue kenal jauh sebelum menjadi "seseorang" dan gue pun bukan hmm social climber yang kemudian sibuk merajut cinta kembali untuk status sosial. Ga gue banget lah. Nah terakhir seorang anak selebritas yang deket sama gue bilang, "aura lo bawa keberuntungan buat orang lain. itu salah satu alasan kenapa gue deketin lo." Anjrit kejujuran yang menyakitkan. Berarti keberuntungan gue ditarik orang lain kekekekek... lo deket sama gue cuma karena pengen ketiban keberuntungan, sial bener gue yah.

Malam ini Lola gue perkenalkan pada sosok yang sedang gue kagumi... lagi-lagi dia bilang, "WOI cong, napak bumi, napak bumi. Dia di langit, lo di bumi. Sadar cong sebelum lo sakit." Hiks padahal kan cinta ga kenal langit ga kenal bumi yah. Siapa menyangka orang-orang yang pernah gue suka kini menjadi "orang" meninggalkan gue yang belum jadi sapa-sapa.

"Bukan gitu cong. Lo sekarang punya jabatan, punya pengaruh bisa gampang cari cowo yang lo bisa cocok hidungnya buat nurutin mau lo. Tapi dia orang ketinggian cong. Udah lah napak bumi." Kata Lola sambil menyusuri rak-rak sepatu di Plangi semalam.

"La, sepatu ini lucu banget." kata gue sambil menunjuk pada sepatu yang kini menempati satu sudut di kamar kos gue yang sempit. Lola bilang, "Tuh Highheels pertama lo. Biar lo napak bumi lebih deket. Sadar woi sadar."

Sepatu perempuan pertama gue, ternyata jadi pertanda gue harus menapak bumi. Kali ini gue harus menyadari ada hal yang tak mungkin bisa gue raih. Bahkan untuk sekedar mencintai dan dicintai. Menapak bumi... Jujur gue belum pengen terbangun dari rasa yang membawa gue melambung tinggi di angkasa. Gue beneran suka hiks hiks hiks... tarik gue saat sudah waktunya untuk menapak bumi.

Thursday, September 04, 2008

Miliknya

Sekali ini tak bisa kuungkap kata untuk menggambarkan rasa.
Puisi tak berguna bercerita cinta yang ada.
Sebuah cinta yang tak mungkin terwujud nyata,
Beneran hanya bisa kurasa.

Tak bisa kujamah tubuhnya, kujenggut rambutnya, kukulum bibirnya
Bahkan untuk sekedar menatap bundar matanya.
Dia miliknya.

Aku hanya bisa memandangi halaman situs yang memampang wajahmu.
Menatap hijau online dirimu tanpa berani menyapa.
Salahkan siapa yang mendaratkan cinta dihatiku.
Dirimu yang tak sulit untuk dikagumi.
Ah tapi begitu sulit untuk sekedar mengungkap rasa. Sial, kenapa terlambat.

Wednesday, September 03, 2008

Cuma Manusia

Kadang cuma pengen menyerah sama situasi. Pengen banget bilang ga sanggup untuk semua beban. Pengen nangis sekencang-kencangnya, membuncahkan perasaan marah kesal sedih semaunya.

Kadang cuma pengen lari dari kenyataan dari rutinitas dari kebosanan bertubi yang mulai menapaki puncak di kepala. Letih melakukan sesuatu yang tak sesuai kehendak hati. Letih menuruti aturan yang mengekang kebebasan. Cape bermanis muka diantara situasi menyebalkan. Cape berkompromi dan gue bukan benda mati tanpa hati.

Sampai satu ketika hati gue tersentuh, berdetak kembali. Saat itu betapa menyenangkan merasakan diri kembali menjadi manusia dan bukan lagi benda mati. Saat itu membuat gue sadar betapa hebatnya perasaan itu. Dari detakan dihati berhasil menarik urat di pipi ini bergerak, tersenyum kembali. Hilang letih hilang marah hilang kesal... yang ada hanya senyum. Percuma sudah marah yang memuncak, hati ini hanya bergerak untuknya, otak ini penuh dengannya.

Jangan marah karena gue suka. Tak ada yang pernah mengundang cinta. Dia datang tanpa disadari dan biar gue nikmati hadirnya. Tak harus membalasnya, gue hanya ingin merasakan kembali hidup sebagai manusia. Cinta membangkitkan gue dari kematian rasa. Terima kasih yah sudah membawa cinta mampir di hidup gue. Meski cuma passing by, biarkan dia jadi warna dalam rasa.

Monday, September 01, 2008

Rejeki Zi

Sejak kehadiran Zi seminggu yang lalu, hidup gue berubah. Gue sudah melupakan keinginan sekolah keluar negeri karena gue pengen liat Zi pertama kali bicara, pertama kali jalan dan pertama kali untuk semuanya. Gue pengen ada disamping Zi setiap saat meski sekarang belum bisa kesampean karena harus berbagi sama kerja. Well somebody got to earn money right!

Segala yang gue punya adalah untuk Zi. Gue pengen Zi sekolah setinggi yang diinginkannya, setinggi yang tak bisa gue capai. Gue tahu Zi bakal termanjakan oleh gue, tapi insyaallah gue bisa jadi ibu, tante dan ayah yang baik buat Zi.

Gue bahkan terpikir untuk tak punya anak dari rahim sendiri, takut Zi tersaingi, takut cinta gue terbagi. Gue jadi posesif lagi-lagi egois heheehe... bahkan sama ibunya sendiri gue cemburu huhuu. I wish Zi was mine.

Sejak kehadiran Zi juga sesuatu berubah di dompet gue. Sedikit demi sedikit gue dapat rejeki out of nowhere, rejeki in sudden kekekek... yang uang transport lah, Dudu maksa bayar gue untuk riset lah, sampai dapat orderan jadi moderator... alhamdulillah. Ini rejeki Zi, buat beli susu, beli tambahan popok dan bayar utang :-P buat aunty, asal kamu sehat dan senang, itu rejeki aunty. Ga pengen yang lain. Kata nenek, kalau kita ikhlas melakukan sesuatu, Allah pasti kasih lebih dari yang kita berikan. Aunty sayang banget sama Zi, semua yang aunty punya insyaallah jadi punya Zi juga. Semua rejeki kita berdua terus ada ya Zi, amin....