Wednesday, September 16, 2009

Mentari Disebelahku

untuk pertama kali seumur hidup bekerja, baru kali ini akhirnya saya duduk di kantor dengan jendela terbuka. setengah delapan pagi, mentari menyengat membuat saya berkeringat, deras. keringat itu seolah melumerkan kekakuan suasana kerja. saya senang :-)

sudah hampir delapan tahun berada dilingkungan yang sama. selama itu pula saya selalu bersembunyi di kubus kerja yang jauh dari kaca. ruang penglihatan saja hanya empat sisi. maka tak heran kemudian saya tempeli setiap sudut dengan foto, postcard dan sticker.

sekarang saya duduk didekat jendela. how greatful i am right now. melihat langit, mendapat mentari dan menengok mendung, pohon yang daun dan batangnya bergerak di tiup angin, berhadapan dengan hujan yang menggedor jendela dan membasahi kaca, kalau beruntung burung gereja bisa menempel di dekat jendela. oh ya jendela disebelah meja saya berhadapan langsung dengan pohon mangga. sesekali saya bisa keluar, mengambil galah dan menarik jatuh mangga disana. atau kalau versi etta, saya bisa keluar dan nangkring di atas AC cuma untuk cari ide hehehe...

menyenangkan :-)

Tuesday, September 08, 2009

Tantangan

Aku tantang...
siapa saja yang telah mendahuluiku mencintaimu,
mereka yang membawa mentari dan seikat melati

Aku bertaruh...
semua yang pernah kau gauli, sebenarnya
mencinta dengan caraku,
mencontoh kenekatanku,
menyontek kegilaanku.

Aku menantangmu untuk dapat mencari
tanah air seperti bibirku
dan peraduan hangat seperti mataku

Aku menantang mereka semua
untuk dapat menulis puisi cinta
seperti puisiku

Aku menantangmu untuk dapat mengingat
seorang saja dari lelaki yang mencintaimu,
yang mampu menghapus kemarau dari matamu
dan menghadirkan lautan fairuz

Aku tantang kau untuk
mendapatkan pencinta sepertiku,
dan saat keemasan seperti saat bersamaku

Pergilah ke mana kau suka... pergilah!
Tertawalah,
menangislah,
tapi aku tahu kau tak akan mendapati
negeri tempat kau tidur seperti dadaku.

**puisi Nizar Qabbani (suriah) terjemahan Qaris Tajudin.
*** dikutip dari U-Magazine edisi September hal.81

Wednesday, September 02, 2009

belanda

sebut saja alasan saya untuk tidak kesana lagi? ga ada. selalu ada dorongan keras dalam diri saya untuk selalu kembali ke sana. barangkali selain indonesia yang menjadi tanah air, belanda jadi sebuah rumah baru bagi saya.

ya semua berawal dari ram. ya dia yang mengantarkan saya pertama kali untuk menoleh sedikit saja ke belanda sebelum akhirnya jatuh cinta pada tempatnya dilahirkan dan menjadi besar.

lima tahun sudah lewat sejak saya kenal ram lalu belanda untuk kali pertama. tapi toh rocky pun mengantarkan saya tetap kesana tanpa sengaja. lagi-lagi belanda. mau bilang apa lagi. seperti sebuah tanda, saya hanya mengikuti apa yang sudah digariskan. saya akan ke belanda satu hari nanti.

ketika suatu kali saya terbangun dari kenangan yang teramat panjang, saya akan kabur ke belanda untuk mewujudkan satu saja keinginan yang tersisa. menginjakan kaki lagi di amsterdam. dengan atau tanpa dia.

Tuesday, September 01, 2009

Allah, bolehkah saya bertanya?

Tibatiba saja saya mempertanyakan semua hal yang selama ini saya pasrahkan padaMU. Saya mengagumimu Allah yang punya jawaban atas segala masalah. Maka saya percaya diriMu terbuka untuk semua kritik, pertanyaan bahkan saran atas apa yang akan kamu jatuhkan pada umatmu, termasuk saya.

Tiga hal yang katanya hanya diriMU berhak menentukan, jodoh, mati dan rejeki. Maka izinkan saya bertanya tentang tiga hal ini.

Jodoh, dimanakah Kamu simpan dirinya? Mana yang disebut jodoh, kalau sebuah pernikahan bisa berakhir? Jodoh setelah kematian? Orang yang menemani diri kita sampai mati? Siapa jodoh itu? Berapa jodoh yang dimiliki setiap umat? Satu sampai empat? Kenapa begitu mudah orang kemudian mengatakan bahwa dia adalah jodoh saya.

Mati. Saya lebih takut hidup daripada mati yang saya tak tahu apa itu. Kenapa kita tak boleh memilih cara mati yang kita minati? Setelah mati ada apa? Bisakah bertemu denganMu lalu diskusi ini bisa dilanjutkan disana, dimanapun itu.

Rejeki. DiriMU menyerahkan pada umat untuk mencari sebanyakbanyaknya kemampuan di jalanMu yang halal. Lalu kenapa ada yang selalu hidup serba kecukupan, sementara ada yang tak pernah pindah dan keluar dari garis kemiskinan. Apakah dirimu menentukan Pagu rejeki? Batas teratas dari rejeki yang bisa diraih setiap umat.

Dimanakah saya bisa menemukan jawaban dari pertanyaan ini ya Allah yang baik dan maha tahu? Maafkan saya yang hanya berilmu rendah.