Friday, March 30, 2012

Jam, waktu dan kehidupan

Aku bisa berlama-lama menyandarkan pipi ke jam tangan atau jam tangan ke pipi, sebenarnya lebih tepat kubilang ke kuping. Aku menikmati bunyi detik jam, tik.. tik.. tik.. satu menit, lalu dua menit, lalu aku akan terbawa ke lain waktu bersamanya, melompat dari satu waktu ke waktu berikutnya, cakram memoriku akan memutar kembali kenangan yang lewat. Jelas aku tak bisa melompat ke masa depan karena aku bukan cenayang.

Detik jam itu menenangkanku, seperti tarikan napas lalu dihembuskan, tarik lalu hembus. Seperti musik penghantar yoga, detik jam itu menghantarkan aku semedi, menyatu dengan semesta. Satu menit, dua menit, tiga menit lalu aku menghilang, aku tidak ada di sini dan bukan sekarang, aku bukan "present".

Jam dinding di kamarku tak lagi bergerak jarumnya, tapi dia tetap di sana karena dia tetap bunyi tik... tik... tik.. Aku tidak butuh dia bergerak membentuk sudut menunjuk angka. Aku membutuhkan bunyinya tik.. tik... tik... Kalau dia berhenti bunyi, aku pun panik, seperti kehidupan yang berhenti sesaat.

Aku suka masuk ruang ICU dan mendengar pemantau detak jantung itu bunyi, iya persis ketika dia mati maka aku tahu kehidupan telah berakhir. tik... tik... tik.... bunyinya yang berdetik di telinga persis sama dengan detak yang ada di jantungku. satu detik, dua detik, tiga detik...

Barang "mewah" pertama yang kupunya dalam hidup adalah jam tangan ketika lulus Sekolah Dasar. Aku minta mami belikan jam tangan Citizen, lalu dia tak pernah lepas dari pergelangan tangan kecuali saat ke mandi. Aku tidur dengan jam tangan di telingaku. Bahkan saat ini, di kepalaku ada dua jam tangan dan satu jam dinding yang menemani tidurku.

Bunyi mesin jam itu persis sama dengan tarikan napasku, saat dia berhenti bunyi, kurasa hidupku pun usai.

Wednesday, March 28, 2012

Surat Cinta Untuk Kang Kabayan

Dear Kang Kabayan

Hujan Kang di luar. Seperti yang Akang tahu, hujan selalu membuatku berubah menjadi romantis seperti halnya malam ini. Rindu pada Akang bikin mules perutku, bukan karena asam lambung naik atau pun kepepet pengen ke toilet. Ini rasa cinta Kang karena mulesnya bersambung dengan detak jantungku yang ga keruan cuma karena kangen pada Akang.

Sudah semusim penghujan kita sama-sama membagi hati dan mimpi tapi rasanya seperti baru kemarin saling melirik dan diam-diam mengagumi. Aku bahkan lupa apa alasan utama jatuh cinta pada Akang. Tapi kan cinta ga butuh alasan. Aliran listriknya Kang bikin aku kesetrum, bahkan setelah satu musim penghujan ini. Buat lah setahun ini bahkan tahun-tahun ke depan, kita tetap ada di musim penghujan yang dinginnya selalu bisa bikin cinta menghangat, yang genangan airnya bisa menghantarkan aliran listrik di antara kita berdua.

Ah paling tidak aku tahu kenapa selalu rindu padamu. Aku mengagumi caramu menyemangatiku, aku mengagumi caramu mencintaiku yang tak pakai kata-kata basi. Di dekatmu aku berasa lengkap setelah selama ini serasa berjuang sendiri. Tapi cukuplah kubilang alasan utama aku mencintaimu karena Akang menerima aku beserta cita-citaku, semangatku, hobiku sebagai bagian dari aku apa adanya.

Sesekali aku ingin kita bertengkar untuk menakar sampai mana kompromi ada di antara kita. Tapi ternyata semusim penghujan ini kita cuma tak punya alasan untuk bertengkar.

Hujannya berhenti Kang... Sudahi saja surat cinta ini, toh Akang sudah bisa membaca hatiku.

Peluk
Nyi Iteung

How's Life Ram?

Sepekan terakhir aku menyebutkan kalimat "How's Life Ram?" untuk dua orang berbeda. 

Lucu, bagaimana aku pernah jatuh cinta pada orang dengan nama yang sama, rupa yang mirip tapi dua pribadi yang berbeda. Aku tentu tak bisa membandingkan mereka apa lagi menyebut mana yang lebih baik. Keduanya kutemukan dalam interval waktu dan tempat yang berbeda, situasi yang juga jauh berbeda.

Apa kah aku pernah berharap satu bisa menggantikan yang lain? Mungkin, sedikit ah okeh lah banyak sekali pun aku sadar nama sama dan rupa yang mirip tak mungkin membuat kedua pribadi ini juga sama. Aku bermimpi.

Keduanya sudah jauh di luar sana membawa kisah mereka masing-masing. Sesekali aku masih mengingat mereka tapi selama apa kenangan itu bertahan? Bahkan sekarang aku mulai lupa bagaimana Ram tertawa, samar-samar wajahnya menghilang, aku cuma mengingat rambut kedua Ram yang keriting.

Hidup tidak pernah berhenti dan tidak akan menunggu apakah kita siap atau tidak meninggalkan masa lalu.