Dear Kang Kabayan
Hujan Kang di luar. Seperti yang Akang tahu, hujan selalu membuatku berubah menjadi romantis seperti halnya malam ini. Rindu pada Akang bikin mules perutku, bukan karena asam lambung naik atau pun kepepet pengen ke toilet. Ini rasa cinta Kang karena mulesnya bersambung dengan detak jantungku yang ga keruan cuma karena kangen pada Akang.
Sudah semusim penghujan kita sama-sama membagi hati dan mimpi tapi rasanya seperti baru kemarin saling melirik dan diam-diam mengagumi. Aku bahkan lupa apa alasan utama jatuh cinta pada Akang. Tapi kan cinta ga butuh alasan. Aliran listriknya Kang bikin aku kesetrum, bahkan setelah satu musim penghujan ini. Buat lah setahun ini bahkan tahun-tahun ke depan, kita tetap ada di musim penghujan yang dinginnya selalu bisa bikin cinta menghangat, yang genangan airnya bisa menghantarkan aliran listrik di antara kita berdua.
Ah paling tidak aku tahu kenapa selalu rindu padamu. Aku mengagumi caramu menyemangatiku, aku mengagumi caramu mencintaiku yang tak pakai kata-kata basi. Di dekatmu aku berasa lengkap setelah selama ini serasa berjuang sendiri. Tapi cukuplah kubilang alasan utama aku mencintaimu karena Akang menerima aku beserta cita-citaku, semangatku, hobiku sebagai bagian dari aku apa adanya.
Sesekali aku ingin kita bertengkar untuk menakar sampai mana kompromi ada di antara kita. Tapi ternyata semusim penghujan ini kita cuma tak punya alasan untuk bertengkar.
Hujannya berhenti Kang... Sudahi saja surat cinta ini, toh Akang sudah bisa membaca hatiku.
Peluk
Nyi Iteung
No comments:
Post a Comment