Friday, February 13, 2009

13 februari

kurasa harus kuhentikan waktu di tanggal ini, seperti jantungku yang terus berdetak keras dan otakku memutar cakram memori tiap kali kalender menunjuk tanggal ini. hari ini milikmu dan harusnya akhir dari hidupku. aku berhenti hidup di hari ini. cuma cara itu yang bisa membuatku menghentikan rasa untukmu. bodoh.

tahukah kamu, jemari ini gemetar, bibir ini kelu hanya untuk mengucapkan selamat datang di usiamu yang baru. selalu 7 tahun dibelakangku. diputar dari arah manapun kita tak akan lagi bertemu. cuma suatu kebetulan waktu mempertemukan kita lebih dari tiga tahun lalu. dan disana waktu mencinta untukku usai sudah. perjalanan cinta terhenti olehmu. ini salahmu.

kawan bilang, kita hanya mencinta sekali dalam hidup, entah sudah atau belum bertemu dengan cinta itu. aku harus menyalahkanmu yang mempertemukanku dengan sekali cinta. aku tak bisa mencinta dengan cara yang sama pada siapapun kini. semuanya berubah sudah. ini salahmu.

kalau tuhan mencetak dirimu untukku, kan kutunggui waktu sampai kapanpun dia bergerak untuk kembali ke titik kulminasi yang membuatmu dan aku tiada berbayang. aku dan kamu jadi satu sekali lagi. itu kalau saja tuhan mencetakmu untukku. siapa kini yang bisa kusalahkan? tuhan?

jam 12 malam kurang 3 menit, baiknya kuselesaikan dirimu yang terhenti dalam tulisan dan waktu. harimu baru esok hari, sementara hidupku tetap melulu merindumu. bodoh. ini salahku yang tak bisa lagi bergerak ke lain hati. juga salahmu yang hadir menjadi yang "ter" dalam hidupku. salahkan saja waktu yang membuat kita bertemu secara kebetulan.

Peeling Peeling *sambil nyanyi*

Saya tak punya agenda rutin buat facial. Cuma datang kalau iseng, bukan karena merasa butuh loh apalagi diniatkan dengan jadwal rutin. Kalau pas punya uang, kalau pas waktunya dan pas kepengen. Bukannya pede sama penampilan, bukan. Tapi memang ga merasa ada masalah. Jerawatan cuma sebelum atau sesudah menstruasi. Komedo kalau pun ada, ya sedikit banyak bisa disapu sama pembersih komedo yang mirip sticker itu. Perawatan muka saya cuma menghabiskan uang sekitar 100 ribu pertiga bulan, untuk cuci muka dan pelembabnya

“Wah mba ini beruntung sekali. Kulitnya berjenis normal dan tidak jerawatan.” Kata dokter disebuah skin center atau salon yah namanya. Tuh kan bahkan saya tidak tahu tempat apa itu. Terakhir saya facial di tempat yang berlokasi di Cinere ini adalah Mei 2008, nyaris setahun lalu. Si dokter muda ini sampai terheran-heran karena saya tidak pernah datang lagi untuk facial disana. Alasannya sederhana, mahal hehehe... kebetulan saja kemarin lagi ada uang lebih dan pas kepengen.

“Komedonya juga cuma sedikit. Perawatan rutin ya mba? Pakai apa?,” kata dia lagi sambil terus mencet mencet kulit muka saya. Ga usah disebut lah yah. Produk itu ga bayar saya untuk beriklan disini kok.

“ Tapi....” jeda sejenak sambil terus mencetmencet pipi saya... “kulit muka mba kusam. Saya sarankan untuk ambil perawatan Chemical Peeling. Untuk mencerahkan warna kulit muka dan leher. Saya berikan obat dan harus dipakai rutin selama dua minggu, dua kali sehari. Lalu perawatan chemical peelingnya dua minggu sekali setelah itu sebulan sekali.... bla bla bla...”

Saya cuma melongo, terkagum kagum melihat sang dokter ini bercerita soal Chemical Peeling sambil tetap ga mudeng. “ Ada pertanyaan mba Nita?” tanya dokter yang baru sadar melihat reaksi melongo saya.... “Harganya berapa?”

Begitu dia sebut nilainya..... Gubrak..... terima kasih bu dokter, nanti saya pikirkan. Lalu ngeloyor keluar dan menuju meja facial. Saya tidur dan menikmati sakit saat komedo dikeluarkan. Saya belum siap tersiksa dua minggu sekali, apalagi diharuskan memoles obat dua kali sehari selama dua minggu tanpa absen. Wong saya saja butuh eci untuk terus mengingatkan waktu minum obat ketika sakit. Selain itu, saya belum siap sama uangnya hehehe....

Lagian saya sih percaya, cuma cinta yang bisa mencerahkan wajah saya... haallllaaahh... asal hati senang, muka bisa menderang.

Tuesday, February 03, 2009

sadomasochist?

"kamu beresiko mengalami sadomasochist". begitu kata teman saya dalam sebuah percakapan yang baru saja berlangsung. alasannya sederhana saja. saya terkesan menikmati rasa sakit karena cinta.

saya tidak menyangkal kalau saya menikmati setiap inci rasa sakit karena mencinta. sakit itu membuat saya percaya kalau cinta itu memang harus diperjuangkan. sakit itu bikin saya kuat, kebal lebih tepatnya terhadap sakit lainnya. terlebih lagi, sakit itu bikin saya merasa hidup, bikin saya punya banyak ide untuk menulis. sakitkah saya?

nah teman saya ini sudah sering kali menemani harihari saya menangisi cinta. dari satu lelaki ke lelaki berikutnya, berapa banyak yang kamu tahu deh? hmm.. cuma tiga kali rasanya.

cinta saya yang terakhir ini sepertinya bikin dia gerah. sudah cukup nit, cari saja yang lain yang memberikan lo harapan lebih baik."

ah harapan itu tentu saja harus baik. masa berharap buruk. tapi saya bukan jenis orang yang pasrah lalu menerima siapa saja yang datang. saya sudah pernah mencoba mencintai seseorang yang sebelumnya tak pernah terpikir untuk bersamanya. hasilnya... hambar.... yang ada saya cuma menyakiti dirinya karena saya tak sungguhan mencintainya... rasa kasihan lebih tepat.

untuk yang terakhir ini saya pun tahu tak ada harapan terbalas cinta saya olehnya. kalaupun berbalas, situasinya sudah tak mungkin. dia sudah terlanjur jadi milik orang lain, lantas saya bisa apa. tapi saya menikmati kok setiap inci cinta yang saya punya untuknya. memandangi wajahnya yang terhenti waktu lewat foto. kadang bisa mendengar suaranya di telinga seperti sebuah nyanyian merdu. bohong kalau saya tak ingin cinta ini berbalas. bohong kalau saya tak menginginkan dirinya. tapi lagi-lagi saya bisa apa selain menikmati cinta selagi bisa. meski sakit terasa.. ah itu sudah biasa. ha ha ha ha

Monday, February 02, 2009

tibatiba

tibatiba saja wajahmu datang ditengah meriang
kutahu ini cuma halusinasi semata
tapi kata hati bisa muncul tibatiba di kepala
lalu menyeruakan kembali rasa

aku benci kamu yang tibatiba muncul
secepat datang sekejap hilang
sementara rasa ini tak kunjung padam
tinggal rindu berselimut luka

aku merindumu sangat
dan cuma bisa memandangi fotomu dengan seribu rupa
baca hatiku dan jawablah
kuyakin ada secuil rindu untukku yang tersisa.

saya egois ;-(

Saya sedang belajar jadi orang tua, ternyata tak mudah. Hal yang paling berat ternyata menanggalkan kepentingan pribadi, egoisme.

Sabtu kemarin saya merelakan uang 325 ribu rupiah dan mimpi yang sekian lama terjalin untuk mencoba rafting, hilang. Saya pilih pulang ke Cinere dan bertemu dengan Zi, matahari hati. Sudah empat hari tak jumpa dengannya, ada rindu yang menggebu terutama sejak ibu saya bilang Zi diare. Beban batin mendengar Zi sakit dan saya tak ada disampingnya. Tiga kali sehari saya menelpon ibu cuma untuk mendengar kabar Zi. Mendengar dia berceloteh tak jelas dan lebih sering berteriak. Tapi empat hari terakhir, tidak. Zi terlalu lemah untuk sekedar bergumam. Dia hanya menangis rintih. Saya sakit hati karena tak bisa ada didekatnya.

Uang 325 ribu dan mimpi ber-rafting ria tak ada nilainya ketimbang bangun pagi-pagi, mandi dan menemui Zi di Cinere. Kata ibu, mencretnya sudah berkurang. Zi sudah semangat lagi berjumpalitan di tempat tidur. Duduk dengan topangan sebelah tangan dan menyambut saya dengan teriakan “eh mey”.

Kata dokter Zi kena bakteri dari mainannya yang mungkin kotor. Karena itu untuk sementara Zi dijauhkan dari Ulil si semut ungu dan juga Melmet si jerapah yang biasa menemaninya bermain. Tak cuma itu. Untuk mencegah alergi, Zi harus ganti susu yang mengandung Hippoalergetic. Ga murah.. banget. 400 gram susu harganya 97 ribu rupiah. Terus terang buat saya yang pas pasan, angka itu besar sekali. Tapi untuk Zi angka itu jadi kecil nilainya.

Sudah lama saya meninggalkan salon untuk perawatan rambut apalagi wajah dan tubuh. Cukup panggil tukang urut di kampung sekitar rumah. 35 ribu rupiah tak terpatok jam. Semua itu untuk berhemat. Untungnya lagi saya suka espresso yang terbilang paling murah ketimbang menu racikan kopi lainnya. Tapi untuk urusan yang satu ini, saya kok ya masih egois sekali.

Saya tahu persis uang di atm menipis, cukup untuk beberapa kali saja membeli susu untuk Zi. Tapi sialnya, semalam saya tak tahan godaan untuk tak beli buku. “Princess Masako-kisah tragis putri mahkota di singgasana negeri sakura.” Saya membelinya dan sampai hari ini saya merasa bersalah. Harusnya saya masih bisa berhemat. Rrrggghhh.