Friday, July 24, 2009

Lelaki Dalam Bejana Kuning

Bukan tentang sihir dalam dunia seribu satu malam. Ini cerita cinta seorang perempuan pada lelaki yang terperangkap dalam bejana kuning. Maaf.. bukan terperangkap tapi dia sendiri yang memilih bejana kuning itu sebagai rumahnya, kemarin, kini dan akan datang. Perempuan itu datang terlambat untuk meyakinkan lelaki itu pada rumah yang lain.

Kini, perempuan itu hanya bisa memandang bejana kuning. Melihat cintanya terangkap didalam sana. Hanya bisa membaca bibir.. ”saya juga mencintaimu”. Saling menatap, saling merasa, tapi tak bisa menyentuh.

Bejana itu tebal, tak terpecahkan meski dengan palu maha besar dan kuat. Sinar kuning memancar dari bejana atau entah dari tubuh lelaki itu. Dia tak malang. Dia memilih sendiri bejana itu sebagai tempat tinggalnya, kini dan nanti.

Perempuan itu pernah berulang kali mengelus lembut bejana, berharap kepulan asap akan membawa lelaki itu keluar. Nihil. Perempuan itu pernah mendekap tidur bejana kuningnya, berharap lelaki itu bisa nyata meski hanya dimimpi. Hanya mimpi. Perempuan itu menggosok kasar, mengguncang bejana, lelaki didalamnya hanya berteriak, yang hanya bisa dibaca bibir, untuk perempuan itu menghentikannya.

Perempuan itu membawa bejana kemanapun dia pergi. Bercerita tentang apa yang ada di hatinya, di pikirannya, di dunianya. Menempatkan bejana di tempat duduk bayi dalam mobil, agar lelaki itu bisa melihat apa yang dilihatnya. Terjebak macet, mengantri di ATM, sampai makan di restoran cepat saji. Perempuan itu tak peduli pada orang lain yang menganggapnya gila. Dia tahu betul, cintanya pada lelaki dalam bejana kuning sudah membawanya ke dunia baru yang benar-benar menyenangkannya.

Berulangkali lelaki dalam bejana kuning itu memaksa perempuan meninggalkannya. Karena cinta mereka tak akan bersatu. Dalam bahasa bibirnya lelaki itu meminta perempuan membuang bejananya ke laut hingga dia akan mengambang ke dunia lain. Jauh dari cintanya. Perempuan itu hanya menangis dan menangis.

Buat dia membuang bejana itu sama dengan membuang hidupnya sendiri. Meski tak bisa membuat lelaki itu hadir nyata dan menyentuh kulitnya, lelaki itu memberinya hidup, cinta dan cita. Mereka masih berbagi cinta meski terhalang bejana. Berbagi nafsu, saling menyenangkan diri sendiri, berhadapan. Cinta itu hidup diantara bejana kuning.

No comments: