aku lihat dirimu online di facebook. neither one of us dare to say hi. sepi. aku tak ingin mengacaukan rasa yang cukup lama kupendam diam diam. aku tak ingin mundur lagi ke belakang menanti tanpa pasti dirimu kembali.
aku tutup wajahmu di online facebookku. selesai.
tibatiba aku mengasihani diri sendiri. satu kali dalam hidup aku pernah mengagumi dirimu yang begitu sempurna. fisik dan psikis, sempurna. kamu tampan dan pandai. kamu semua yang aku inginkan dalam hidup. tapi bukan untuk masa depan ternyata. face it, we will never be together ever again. well i am the one who have to face it. hurts.. but not anymore
satu ketidaksempurnaan mu... kamu ga pernah ada untukku. itu saja. itu karena kamu tak pernah benar mencintaiku.
terimakasih karena kesempurnaanmu pernah mampir menghiasi hidupku.
Tuesday, August 11, 2009
Monday, August 10, 2009
cinta hening
baru kemarin persis saya bilang saya hanya ingin punya keturunan yang baik dari seorang lelaki yang secara fisik sempurna. jauh lebih baik dari saya. semua terwujud saya tak bisa tersentuh hanya dengan kekayaan dan kepandaian seseorang atau bahkan kekekaran semata, harus sempurna tampilan fisik dari wajah sampai kaki. saya bisa dapat.
seperti saya dapat dirinya. sempurna... tapi tidak.
bagi saya kehadirannya dalam hidup ini bukan cahaya bukan juga bencana, dia hanya melengkapi apa yang saya punya dan ingin. dia menyulut emosi saya, lebih sering marah lalu rindu yang berlebih. dia sempurna memainkan peran dalam hidup saya. dia ada setiap hari meski tanpa wujud yang bisa saya sentuh ketika butuh, tapi dia ada.
sudah enam bulan dalam hidup ini dia ada. menguasai pagi dan sore saya. kadang membuat saya jengah karena ini kali pertama saya menyerah pada seseorang, atas nama cinta? entahlah.. yang saya tahu saya telah kalah dalam pertarungan ini. saya mengalah dan berusaha melayaninya bicara, cerita bahkan marah.
dia tak pernah berbisik cinta, dia hanya terus menulis kata cinta nan manis, dia yang berani mengajak saya melangkah ke jenjang berikutnya... maukah kamu menikah dengan saya? lalu saya bilang, iya.
bukan cinta, tapi sebuah keberanian untuk melangkah dalam hidup. jelas menikah bukan hal mainmain, tapi menikah adalah sebuah petualangan baru dalam hidup saya. bersamanya saya merancang masa depan, bersamanya saya membagi mimpi, berharap dengannya mampu terwujud semua.
tibatiba saya diberitahu, sepanjang hidupnya kelak, dia tak bisa bicara, dulu dan nanti. saya terpaku, diam tak bisa menjawab. tuhan sedang memainkan mimpi saya yang indah. saya tak bisa melepas semuanya hanya karena dia hidup dalam hening. bersama saya dia mau membangun semuanya menjadi meriah, bersama saya dia menemukan separuh hati yang siapapun berhak menikmati. bersama saya, dia memberanikan diri berbagi.
atas nama keheningan dan entahlah cinta, saya tak akan mundur. barangkali saya sedang memainkan peran bukan menjadi malaikat, cuma membagi cinta, cuma manusia yang bisa begini. saya akan mengubah heningmu menjadi ria sayang.
seperti saya dapat dirinya. sempurna... tapi tidak.
bagi saya kehadirannya dalam hidup ini bukan cahaya bukan juga bencana, dia hanya melengkapi apa yang saya punya dan ingin. dia menyulut emosi saya, lebih sering marah lalu rindu yang berlebih. dia sempurna memainkan peran dalam hidup saya. dia ada setiap hari meski tanpa wujud yang bisa saya sentuh ketika butuh, tapi dia ada.
sudah enam bulan dalam hidup ini dia ada. menguasai pagi dan sore saya. kadang membuat saya jengah karena ini kali pertama saya menyerah pada seseorang, atas nama cinta? entahlah.. yang saya tahu saya telah kalah dalam pertarungan ini. saya mengalah dan berusaha melayaninya bicara, cerita bahkan marah.
dia tak pernah berbisik cinta, dia hanya terus menulis kata cinta nan manis, dia yang berani mengajak saya melangkah ke jenjang berikutnya... maukah kamu menikah dengan saya? lalu saya bilang, iya.
bukan cinta, tapi sebuah keberanian untuk melangkah dalam hidup. jelas menikah bukan hal mainmain, tapi menikah adalah sebuah petualangan baru dalam hidup saya. bersamanya saya merancang masa depan, bersamanya saya membagi mimpi, berharap dengannya mampu terwujud semua.
tibatiba saya diberitahu, sepanjang hidupnya kelak, dia tak bisa bicara, dulu dan nanti. saya terpaku, diam tak bisa menjawab. tuhan sedang memainkan mimpi saya yang indah. saya tak bisa melepas semuanya hanya karena dia hidup dalam hening. bersama saya dia mau membangun semuanya menjadi meriah, bersama saya dia menemukan separuh hati yang siapapun berhak menikmati. bersama saya, dia memberanikan diri berbagi.
atas nama keheningan dan entahlah cinta, saya tak akan mundur. barangkali saya sedang memainkan peran bukan menjadi malaikat, cuma membagi cinta, cuma manusia yang bisa begini. saya akan mengubah heningmu menjadi ria sayang.
Wednesday, August 05, 2009
Kenapa saya masih sendiri?
Saya beruntung punya mami yang ga cerewet soal ”kapan nikah?” paling sesekali menyindir begini, ” belum puas mami hidup kalau belum lihat kamu nikah.” Saya paling bilang, ”jadi selama ini nita belum bisa bikin mami bahagia dung.” Dan mami pun tersenyum.
Dulu sekali sahabat saya pernah bertaruh kalau pada usia 27 saya akan memilih siapapun yang mau dengan saya. Dia kalah taruhan karena di usia segitu pun saya belum menikah dan masih pemilih.
Hari ini percakapan menarik dengan seorang teman dari seberang soal pernikahan. Dia lelaki usia 28 tahun dan atas nama budaya dia pasrah untuk dijodohkan asal sang ibu bisa bahagia. Dia bilang selain karena urusan budaya, juga tak cukup waktu untuk mencari jodoh sendiri karena harus kerja 14 jam sehari. Dia lalu bertanya, kenapa saya tak melakukan hal yang sama. ”Asked your mom to find one for you?”
Lalu saya tertawa terbahakbahak. Mami dan saya beda selera
Tapi Apa sih yang sebenarnya saya cari dari seorang lelaki dan pernikahan? Pertanyaan ini lalu dijawab bersama dengan seorang teman perempuan seusia dan masih sendiri.
Pertama, jelas saya tak cari pria kaya untuk menghidupi masa depan saya. Harta itu masih bisa saya cari sendiri. Meski tak terbilang kaya, toh saya sanggup membantu kebutuhan keluarga selama ini. Jadi maaf, tak perlu pamer kekayaan sama saya... cant buy my love deh.
Kedua, saya tak perlu lelaki untuk berlindung. Selama 31 tahun saya mampu menjaga diri sendiri. Kalau takut secara fisik, ambil kaki seribu... laariii... lagian saya terbiasa mencari tantangan, adrenalin berpacu dalam ancaman. Jadi tak perlu sok macho didepan saya :-P
Ketiga, saya rasa fisik jadi ukuran utama saya. Tampan dan pintar, satu paket tak boleh terpisah. Tampan tapi dungu, lewat. Pintar tapi ga menarik, juga lewat. Satu paket lah. Orang bilang saya tak tahu diri karena pasang target ketinggian. Loh justru karena sudah pernah dapat yang begini, maka standar yang sama pun ditentukan demikian ha ha ha...
Lalu teman saya yang lelaki ini bilang..... ”wishing you lots of luck then nit”
Dulu sekali sahabat saya pernah bertaruh kalau pada usia 27 saya akan memilih siapapun yang mau dengan saya. Dia kalah taruhan karena di usia segitu pun saya belum menikah dan masih pemilih.
Hari ini percakapan menarik dengan seorang teman dari seberang soal pernikahan. Dia lelaki usia 28 tahun dan atas nama budaya dia pasrah untuk dijodohkan asal sang ibu bisa bahagia. Dia bilang selain karena urusan budaya, juga tak cukup waktu untuk mencari jodoh sendiri karena harus kerja 14 jam sehari. Dia lalu bertanya, kenapa saya tak melakukan hal yang sama. ”Asked your mom to find one for you?”
Lalu saya tertawa terbahakbahak. Mami dan saya beda selera
Tapi Apa sih yang sebenarnya saya cari dari seorang lelaki dan pernikahan? Pertanyaan ini lalu dijawab bersama dengan seorang teman perempuan seusia dan masih sendiri.
Pertama, jelas saya tak cari pria kaya untuk menghidupi masa depan saya. Harta itu masih bisa saya cari sendiri. Meski tak terbilang kaya, toh saya sanggup membantu kebutuhan keluarga selama ini. Jadi maaf, tak perlu pamer kekayaan sama saya... cant buy my love deh.
Kedua, saya tak perlu lelaki untuk berlindung. Selama 31 tahun saya mampu menjaga diri sendiri. Kalau takut secara fisik, ambil kaki seribu... laariii... lagian saya terbiasa mencari tantangan, adrenalin berpacu dalam ancaman. Jadi tak perlu sok macho didepan saya :-P
Ketiga, saya rasa fisik jadi ukuran utama saya. Tampan dan pintar, satu paket tak boleh terpisah. Tampan tapi dungu, lewat. Pintar tapi ga menarik, juga lewat. Satu paket lah. Orang bilang saya tak tahu diri karena pasang target ketinggian. Loh justru karena sudah pernah dapat yang begini, maka standar yang sama pun ditentukan demikian ha ha ha...
Lalu teman saya yang lelaki ini bilang..... ”wishing you lots of luck then nit”
Subscribe to:
Posts (Atom)