Friday, December 28, 2012

Bekerja Dengan Isi Kepala dan Hati, Bukan Pakaian

Untuk kesekian kalinya saya menghadapi pertanyaan dari keluarga besar orang tua, “kenapa selalu bekerja di LSM atau di kantor-kantor kecil, kerja itu di gedung bertingkat di kawasan Sudirman-Thamrin sana.”
Saya pernah beberapa kali wawancara di perkantoran “serius” dan mungkin buat banyak orang “prestigious” nama dan lokasi kantornya. Sejak kali pertama saya datangi tempat itu, hati saya selalu bilang,”this is not your place, semoga ga lanjut.” Hasilnya betul, saya ga diterima dan saya senang…

Saya menikmati pekerjaan yang tidak mengatur bagaimana saya harus berpenampilan, harus dandan rapi, berpakaian “necis,” sepatu high heel dan bertas cangklong dengan merek-merek ternama yang kalau ga sanggup beli monggo pakai KW version aja. That’s not me at all.

Dulu pernah ketika saya masih menjadi penyiar dan membawakan sebuah acara, di sebelah saya adalah direktur utama salah satu perusahaan beken skala nasional, saya berpakaian apa adanya. Lalu saya ditegur kawan, saya bilang, apa kliennya komplen karena pakaian saya atau isi pertanyaan saya tadi? Dia bilang ga ada komplen tapi seharusnya saya berpakaian yang pantas. Saya jawab, kalau begitu komplenmu tak perlu saya tanggapi.

Saya rasa penampilan saya tak berubah banyak sejak zaman rikiplik hilman digigit kuda, sepatu kets atau sandal jepit, jeans, kaos dan tas punggung. Sesekali rapi yang kalau serapi nya saya pun, tas punggung tetap bersama saya. Sepatu kets diganti dengan boot, cuma itu. Kalau saya rapi, itu karena saya harus melobi calon klien  saja. Selebihnya di kantor saya berusaha senyaman mungkin.

Beruntung sejak masuk dunia kerja, lingkungan saya menyenangkan. Di MS3 tahun 2000an, rekan penyiar saya Lola Lamanda selalu selempangan handuk mirip abang becak, bos saya Dion Adimufti selalu dengan sepatu pantofel nya berwarna coklat yang butut dan bau.

Lalu di KBR68H, bos besar saya Tosca Santoso, sekitar tahun 2000an awal suka nginep di kantor dengan kaos oblong bergambar Panda. Berpuluh-puluh foto dengan orang penting, bos saya itu selalu dengan kemeja batik hijau yang sama, orang lain barangkali mikir itu hasil photoshop hahaha. Alif Imam menaikan kaki ke atas bangku sambil pakai sarung. Lagi-lagi kami tahu kok kapan mesti rapi, tapi ga harus selalu rapi. Yang penting kerjaan beres, hasil maksimal.

Sekarang di Ashoka, ternyata Yulia Nadya kalau datang pake sandal dan celana pendek. Suatu kali saya pakai celana ¾, lalu diajak bos besar dinner meeting sama salah satu bos perusahaan, saya menolak karena merasa ga pakai kostum yang pas, tau ga dia bilang apa?,”trus kenapa sama celana pendek dan makan malam?” horeee… saya jingkrak..

Intinya, saya suka bekerja tanpa harus dikekang dengan aturan berpakaian. Kebebasan berekspresi justru dimulai dari kenyamanan berpakaian buat diri sendiri. Manajemen cuma perlu tahu bahwa saya mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya dengan hasil maksimal. Gitu aja.

posted also on nroshita.wordpress.com

No comments: