Untuk kesekian kalinya saya menghadapi pertanyaan dari keluarga besar
orang tua, “kenapa selalu bekerja di LSM atau di kantor-kantor kecil,
kerja itu di gedung bertingkat di kawasan Sudirman-Thamrin sana.”
Saya pernah beberapa kali wawancara di perkantoran “serius” dan
mungkin buat banyak orang “prestigious” nama dan lokasi kantornya. Sejak
kali pertama saya datangi tempat itu, hati saya selalu bilang,”this is
not your place, semoga ga lanjut.” Hasilnya betul, saya ga diterima dan
saya senang…
Saya menikmati pekerjaan yang tidak mengatur bagaimana saya harus
berpenampilan, harus dandan rapi, berpakaian “necis,” sepatu high heel
dan bertas cangklong dengan merek-merek ternama yang kalau ga sanggup
beli monggo pakai KW version aja. That’s not me at all.
Dulu pernah ketika saya masih menjadi penyiar dan membawakan sebuah
acara, di sebelah saya adalah direktur utama salah satu perusahaan beken
skala nasional, saya berpakaian apa adanya. Lalu saya ditegur kawan,
saya bilang, apa kliennya komplen karena pakaian saya atau isi
pertanyaan saya tadi? Dia bilang ga ada komplen tapi seharusnya saya
berpakaian yang pantas. Saya jawab, kalau begitu komplenmu tak perlu
saya tanggapi.
Saya rasa penampilan saya tak berubah banyak sejak zaman rikiplik
hilman digigit kuda, sepatu kets atau sandal jepit, jeans, kaos dan tas
punggung. Sesekali rapi yang kalau serapi nya saya pun, tas punggung
tetap bersama saya. Sepatu kets diganti dengan boot, cuma itu. Kalau
saya rapi, itu karena saya harus melobi calon klien saja. Selebihnya di
kantor saya berusaha senyaman mungkin.
Beruntung sejak masuk dunia kerja, lingkungan saya menyenangkan. Di
MS3 tahun 2000an, rekan penyiar saya Lola Lamanda selalu selempangan
handuk mirip abang becak, bos saya Dion Adimufti selalu dengan sepatu
pantofel nya berwarna coklat yang butut dan bau.
Lalu di KBR68H, bos besar saya Tosca Santoso, sekitar tahun 2000an
awal suka nginep di kantor dengan kaos oblong bergambar Panda.
Berpuluh-puluh foto dengan orang penting, bos saya itu selalu dengan
kemeja batik hijau yang sama, orang lain barangkali mikir itu hasil
photoshop hahaha. Alif Imam menaikan kaki ke atas bangku sambil pakai
sarung. Lagi-lagi kami tahu kok kapan mesti rapi, tapi ga harus selalu
rapi. Yang penting kerjaan beres, hasil maksimal.
Sekarang di Ashoka, ternyata Yulia Nadya kalau datang pake sandal dan
celana pendek. Suatu kali saya pakai celana ¾, lalu diajak bos besar
dinner meeting sama salah satu bos perusahaan, saya menolak karena
merasa ga pakai kostum yang pas, tau ga dia bilang apa?,”trus kenapa
sama celana pendek dan makan malam?” horeee… saya jingkrak..
Intinya, saya suka bekerja tanpa harus dikekang dengan aturan
berpakaian. Kebebasan berekspresi justru dimulai dari kenyamanan
berpakaian buat diri sendiri. Manajemen cuma perlu tahu bahwa saya
mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya dengan hasil maksimal. Gitu aja.
posted also on nroshita.wordpress.com
No comments:
Post a Comment