Sebelum tahun 2000, kami tidak pernah merayakan tahun baru
bersama papi yang karena profesinya sebagai polisi harus ada di kantor untuk
standby. Malam pergantian tahun hanya bersama mami dan adik-adik gw, paling
banter kami bakar ayam bersama tetangga kiri dan kanan.
Papi ulang tahun pada 1 Januari, tepatnya di tahun 1944 di
Cilacap, anak kedua dari 8 bersaudara. Sepanjang kuingat tak pernah ada
perayaan ulang tahun bersama keluarga besar, pun dengan kami keluarga kecilnya.
Saban kali mami mau membuat kejutan ulang tahun untuk papi, beliau bilang tak
usah buang-buang uang, ulang tahunnya
juga sudah dirayakan oleh seluruh umat di dunia. Yang biasanya papi minta cuma
didoakan sehat supaya tetap bisa cari uang buat kami sekeluarga.
1 Januari 2003 adalah jadi ulang tahun terakhir buat papi,
di usianya yang ke 59 tahun. Desember 2002, papi sakit, stroke, persis hanya
beberapa jam setelah perkataan kejam gue… “besok papi ulang tahun ke 59 tahun
ya. Punya waktu 1 tahun bonus sebelum masuk rata-rata usia manusia 60tahun pap.
Seperti nabi Muhammad. Semoga papi di kasih bonus lebih banyak.”
Siapa menyangka kami tak lagi bertemu dengannya lagi setelah
9 Agustus 2003. Tahun-tahun berikutnya kami merayakan ulang tahun papi di
makamnya. Ya Allah betapa lidah ini tajam, betapa ingin saya menarik perkataan
itu. Meski kami pasrah Allah memang baik telah memanggilnya lebih dulu,
menuntaskan sakit stroke nya yang berkepanjangan yang membuatnya tak bisa
berjalan dan bicara.
Saya menyayangimu segenap hati pap. Buat nita, mami, lina,
prima dan sekarang zi, papi selalu ada di sini, di hati, selama kami merasakan
papi di sini, papi selalu ada. Sesekali zi bilang,”kakek dating nek.” Kami tahu
papi ada dan selalu ada…
Selamat ulang tahun papi, sampai kita berkumpul kembali. Love
you and miss you so very much.
No comments:
Post a Comment