Dua teman, aku dan dia. Sama merasa, sama memendam rasa. Dia dengan kasih dan aku dengan sang bayang.
Aku : Hahaha...cinta tak terkata, cinta tak berupa
Teman : Satu kata tanpa suara. Terdengar dalam nadamu. Menghela semua yang tak terlukis. Ada cara indah untuk ungkapkan. Bagaimana mencinta. Bagaimana merindu. Yaitu dengan tatap mata tajammu.
Aku : Eyes would never lie. U just have 2 know how 2 read it
Teman : Reading is the second. The first is to feel. Reading what u feel. Not feeling what U read.
Aku : Merasa, mengakui dan mengungkap, 3 rangkai cinta. Kadang kamu hanya harus puas menerima 2. Sisipkan cinta diantara kata tak kentara. Titipkan rasa ditatap mata.
Teman : Jujur pada diri mungkin lebih baik. Akui cinta ada di mata. Bila kau puas dengan dua sisipkan saja. Bila ketiganya kau ingin, lontarkan cinta sedalam palung.
Aku : Duh nasib... akan selalu datang cinta yang lain. Tp bagaimana jika ini yang kuingin? Jgn beri dulu lain hati, biar kunikmati ketiadaanmu. Mencintaimu dalam sepi.
Teman : Dalam ada dan tiada, cinta itu bersemi. Pun dalam ada dan tiada, cinta mengakhiri denyutnya.
Aku : Sampai akhirnya dia pergi memberi arti bahwa kamu tetap terindah.. Tersimpan rapi tiap keping cinta dalam peti hati. Yg abadi dalam bingkai memori.
Teman : Mengalir dalam nadi. Berdetak dalam jantung. Tak jauh hanya satu hirupan nafas. Selamat tidur yang terindah.
Aku : Mimpi indah sampai pagi membangunkan. Selalu ada asa baru. Terima kasih telah mengajariku cinta..
Ah semoga teman tak keberatan ku abadikan percakapan ini tentang Cinta Tak Terkata.
No comments:
Post a Comment