Sunday, October 21, 2007

Fact Checking!

Ketika Syamsul Bahri calon anggota KPU ketahuan menjadi tersangka kasus Kigumas, DPR terus menerus menyalahkan Pemerintah. Alasannya kan pemerintah yang memasukan daftar nama calon anggota KPU dalam proses verifikasi. Lucu yah... yang bertugas melakukan uji kelayakan dan kepatutan termasuk memverifikasi kemampuan si Syamsul menjadi anggota KPU, kan DPR. Disana tempatnya mencari tahu kebenaran dan kelayakan... kenapa ga di "fact-checking"... begini neh kalau punya anggota DPR isinya bercanda ketika tugas. Walah atau barangkali anggota DPR ga tahu apa tugas verifikasi itu... ck ck ck....

Jelas ga perlu disahkan lah kalau memang menjadi tersangka. Tapi lempar bodynya itu loh. hmmm jadi mengingatkan gue pada sejumlah kasus yang sering terjadi disekeliling, barangkali tanpa disadari.

Kita ambil contoh, di perusahaan tempat teman gue bekerja, seorang reporternya berbuat kesalahan sehingga dikomplen sama audience. Ketika komplen muncul, si reporter dipojokin, bego dasar bego, kenapa ga akurat datanya. Padahal sistem kerja sebuah berita, sebuah tayangan tidak begitu dong. Ini bukan tanggung jawab seorang.... Dari reporter kemudian editor. Seorang reporter yang baik harus fact-checking kembali bahan yang sudah didapat. Kemudian disusun dengan baik baru diberikan kepada editor, produser atau apalah namanya. Disana itu bahan tayangan tidak serta merta naik, kan ada proses editing, bukan cuma edit tulisan, baik atau tidak bahasanya, titik koma benar atau tidak. Terlebih dari itu, fact checking... duh elah. Lupa sama barang penting ini....

Jadi kalau ada kesalahan soal data, ini bukan semata-mata kesalahan reporter. Ketika komplen datang, yang maju ya editor/produser bukan coro seperti reporternya. Kan gawang terakhir dari sebuah proses output ada disana, kenapa harus muter-muter lewat pintu belakang.

Inget film "Shattered Glass"? editornya Michael Kelly membantu si pengkhayal Glass menutupi kesalahan data dalam artikelnya di The New Republic tahun 1990an (ini cerita bener), sampai akhirnya dia dipecat karena hal itu. Editor Lane yang menggantikan Kelly akhirnya menemukan kesalahan fatal dari Glass. Setelah itu seluruh staf meminta maaf kepada para pembaca atas kesalahan dalam artikel yang pernah ditulis Glass.

Pheww... kalau saja semua tau tugasnya masing-masing tentu hal sepele macam begini ga perlu kejadian... Termasuk di gedung Parlemen terhormat itu. Akui saja , anda salah tidak melakukan verifikasi dengan benar, bahkan tidak ngerti verifikasi itu apaan... Cape deh kalau punya wakil rakyat beginian.

No comments: