Manis, kecut dan dingin.
Gue suka sekali sama jenis minuman yang satu ini. Suatu kali bersama E ajak gue pergi ke Hard Rock Cafe, waktu itu untuk pertama kalinya gue pergi kesana, tetap saja yang gue pesan adalah Ice Lemon Tea. E bilang "taelah ini Cafe bukan warteg, pesen yang lain kenapa." Tetap saja untuk kesekian kalinya gue datang ketempat itu, gue tetap pilih Ice Lemon Tea.
Di malam terakhir Ram di Jakarta, kita pergi ke sebuah restaurant mewah di Menara BNI 46. Pelayan disana menawarkan beragam jenis WINE pada kami berdua, "no thank you, Ice Lemon Tea please."
Di tiap moment gue pergi ke suatu tempat bahkan di Coffee shop yang gue cari adalah Ice Lemon Tea...
Segelas ice lemon tea bisa melegakan perasaan gue. Dinginnya air es teh itu bikin perasaan gue jadi nyaman, apalagi kalau sehabis penat urusan kantor atau urusan yang lain, waduh tak terkira lah nyamannya ice lemon tea. Kecutnya, mengingatkan gue, sejauh manapun kita berusaha menghindar, rasa asam dan kecut kehidupan ga akan bisa terhindar. Setiap masalah kudu dan mesti dihadapin, apapun hasilnya nanti.
Itu filosofi Ice Lemon Tea buat gue. Selebihnya, gue memang keras kepala terhadap pilihan diri. Meski ga match sama suasana, mana gue peduli, wong itu yang gue mau. Persis sama ketika manajer marketing gue protes sama penampilan cuek gue. Gue bilang "tugas gue siaran, tugas lo dandan!" Padahal dibalik itu semua, harus gue akui penampilan, first impression itu penting dalam segala hal. Bahkan kata konsuler karir, penampilan yang oke adalah nilai plus buat isi otak yang mantab!
Lagi-lagi gue sekecut lemon, meski dimanisi gula, tak akan mengubah rasa asam dan kecut gue!
No comments:
Post a Comment