Friday, April 08, 2005

Hampa

Ada tugas yang mestinya aku kerjakan malam ini, itu bisa menunggu. Ada segumpal rasa yang menyesakkan dada dinihari ini. Segumpal rasa hampa. Bukan lagi sedih, bukan bahagia. Hampa...

Mestinya aku senang karena tak ada masalah yang mesti memeras otakku. Tak ada sedih yang menguras air mataku. Tapi tak punya masalah dan hanya menyisakan hampa ternyata menyiksa.

Tugas kantor bukan masalah, itu cuma sekedar rutinitas yang kutahu apa yang mesti dikerjakan dan jam berapa harus selesai. Uang? bukan lagi masalah. Bukan karena aku sudah kaya, tapi karena kebutuhanku tak bertambah dan tak berkurang, pendapatanku tak juga tambah tapi jangan sampai berkurang. Cinta? ah sudah biasa jatuh cinta dan sudah biasa sakit hati, udah baal alias kebal. Ada tingkat toleransi terhadap rasa sakit yang membuatku tak lagi patah hati, tak lagi sedih. Semuanya jadi serba mudah.

Kadang aku menangis tanpa alasan. Bukan menangisi hidupku, bukan tangis haru, aku hanya menangis. Barangkali aku hanya ingin membersihkan mata ku atau cuma sekedar test case apa air mataku masih ada karena sudah lama sekali rasanya air mata ini tak jatuh.

Kadang tersenyum, betapa lucunya hidupku selama ini. Selalu ada yang datang dan pergi sesuka hati. Menyisakan satu warna, satu kenangan, satu pelajaran. Aku menunggu saat itu kembali.

Barangkali aku memang gila. Mencoba menikmati setiap emosi yang muncul dalam hati, mencoba membangkitkan yang selama ini hilang. Senyum, tangis, tawa, marah, cinta....
Barangkali aku cuma mencoba untuk Qona'ah, hidup apa adanya, menerima yang kudapat, berbahagia dengan keadaan.

Aku bahagia, itu pasti. Tapi aku hampa dan itu nyata...
Maki aku agar aku marah, sakiti aku agar aku menangis, dan becandalah denganku agar aku tertawa.

1 comment:

Anonymous said...

Menangislah…
Bila harus menangis
Karena kita semua…
Manusia...
Manusia bisa terluka…
Manusia pasti menangis
Dan manusiapun bisa mengambil Hikmah …

("Air Mata" -Dewa)