Aku seperti menubruk sebuah tiang besar yang membuatku tersadar dari mimpi. bahwa aku hidup, masih bisa berharap selama oksigen tersedia untukku. Aku tak lagi angan, hampa dan bayang. Aku nyata seperti halnya darah yang mengalir keluar saat tertusuk, air mata yang tercurah saat hati tersakiti.
Hidup itu seperti kamu naik angkot yang melewati perkampungan, yang jalannya terjal membuat perutmu terkocok, mual dan muntah. Kamu berhadapan dengan manusia lain dalam formasi 4-6 ditambah bangku artis di depan pintu. Kadang salah satu dari mereka sangat manis duduk sambil tersenyum padamu, kadang semua begitu menakutkan ditambah percampuran parfum dan bau badan serta bau keringat yang tak jelas, bercampur lagi bau bensin bocor dari angkot tua itu. tapi itulah hidup. bersyukurlah ketika matamu, hidungmu, dan telingamu masih berfungsi. Hidup penuh warna... kemana aja aku selama ini?
Hiduplah seperti anak tangga yang bergerak vertikal. Buat langkah berikutnya lebih maju dari yang dibelakang. meski anak tangga itu terjal meski anak tangga itu begitu landai. Hidup adalah bergerak maju atau keatas, jangan biarkan hidupmu stagnan dan berhenti.
Hidup tak pernah jadi milik sendiri. Hidup untuk berdua, bertiga atau berempat. berteman bermusuh, cinta dan benci. cari semua makna dalam diri lain. mereka ada untukmu dan kamu untuk mereka.
Ah indahnya memaknai hidup, kadang tak pernah sesulit menjalaninya. Hiduplah untuk Hidup dan bukan menanti mati.
No comments:
Post a Comment