Saturday, May 07, 2005

Pelajaran

Prima, adeku jatuh dari motor. Dua tanggannya lecet-lecet, lumayan parah menurutku.
Reaksi pertama mami : "Ya ampun Prima, mami udah bilang berapa kali jangan naik motor, beginikan jadinya. Makanya denger dong kalau orang tua ngomong. Kualat nih." Sambil tetap panik, air matanya langsung turun.
Aku....diam. Segera ganti baju, ngiket rambut, periksa dompet, kira2 cukup ga ya buat ke dokter. "De, kita ke dokter." Aku langsung menggunting bajunya karena dia ga bisa melepasnya.

Aku tak bisa panik, karena akan hanya akan membuat mami tambah panik, Lina tambah bawel karena merasa punya dukungan untuk marah sama Prima. dan Prima makin tersudut. Aku seperti biasa, harus bisa menahan rasa kesal, sedih bahkan panik. Aku hanya bilang, satu lagi kesalahanku yang tak bisa memperhatikan lebih kondisi ade-adeku.

Sepanjang jalan menuju dokter sampai balik lagi ke rumah, Prima bilang " gue kapok mba, beneran kapok deh."
Aku bilang, itu terserah kamu mau kapok atau ga. Aku ga akan melarang kamu berhenti naik motor, tapi lain kali hati-hati. Kalau jatuh gini kan repot semua, kamu ga bisa sekolah, sakit pula.

Carmalengo di bukunya Malaikat dan Iblis bilang : Kasih Tuhan seperti kasih ayah kepada anaknya. Dia tidak akan memaksakan anaknya menuruti semua keinginannya. tapi membiarkan sang anak menemukan pelajaran dalam hidupnya seperti rasa sakit ketika jatuh.

Tapi Tuhan, kalau anak itu mati sebelum sempat menarik pelajaran? Dosa siapa? Ayahnya yang membiarkannya bergerak sendiri?

Prima beruntung karena masih diberi kesempatan meraih pelajaran, sakit ketika jatuh dari motor, lebih hati-hati kalau lain kali berkesempatan naik motor lagi. Prima tak punya lagi papi, tapi dia punya aku, Lina dan Mami yang barangkali lebih cerewet ketimbang papi...semoga lain kali kami bisa menjagamu lebih baik. Maafkan kami kali ini..

1 comment:

Anonymous said...

Sometime u push urself too hard,nit. u know what? Lina n prima are so lucky to have u as sister...