Monday, August 18, 2008

Bunglon

Sebuah tulisan di U-Magazine edisi Agustus ini bercerita tentang gaya ala mafia, disana sang mafia bercerita bagaimana sebuah penampilan bisa mengintimidasi orang lain. Bagaimana sebuah gaya busana bisa mengecoh seseorang, gue rasa sama seperti suara penyiar yang membentuk teater of mind pendengarnya. Kadang lo harus "tidak menjadi diri sendiri" untuk bisa beradaptasi dalam sebuah perubahan. Bukan mengubah keseluruhan dari diri lo, prinsip adalah prinsip tapi tampilan luar siapapun boleh saja berubah seperti bunglon pada batang kayu dan dedaunan, dia tetap bunglon meski warna kulitnya berubah.

Ini yang namanya beradaptasi sekaligus mekanisme pertahanan untuk menyelamatkan diri. Jika tidak bisa beradaptasi ya tidak selamat, seperti bunglon yang terancam predatornya kalau keukeuh bertahan pada warna aslinya. Manusia pasti jauh lebih pintar untuk bertahan, tak melulu kudu mengubah tampilan luar tapi bisa dari cara berpikir, pake akal, pake otak.

Gue rasa modal bertahan hidup selama ini yang gue jalani adalah menjadi bunglon, mencoba beradaptasi dengan situasi. Di antara anak-anak gaul di Trisakti, diantara kawan-kawan idealis di Utan Kayu dan separuh idealis separuh gaul di lingkungan gue sampai dikalangan kaum rohis di kampus dan sekolah dulu. Kata Mekka, untuk menjadi gaul tak harus partisipasi kok tapi cukup mengamati, yang penting sok tahu.

Maka benar, ada banyak yang tertipu dengan gaya gue. Diantara anak gaul, gue dianggap idealis, diantara orang idealis, gue dibilang terlalu gaul heheheee... yang penting apapun yang kalian omongin, gue masih nyambung :-) itu artinya bergaul!

Nah seiring dengan perubahan di kantor gue, maka kawan-kawan mengalami bunglonisasi dengan format dan visi yang baru. Muncul lagi bunglon-bunglon baru yang fresh, jauh lebih muda dan lebih bergaul daripada kami. Makin kesini, makin gue salut sama mereka. Bunglon muda ini jauh lebih berbakat daripada para bunglon tua yang kadang tak kuat lagi beradaptasi dengan warna dan kondisi yang ada. Mereka dengan cepat menyerap setiap ilmu yang ada, makin cekatan meraih kesempata . Kemampuan mereka beradaptasi dengan lingkungan baru jauh diatas rata-rata. Bunglon-bunglon muda ini butuh ruang berkreasi seluas-luasnya dan bunglon tua macam gue ya tinggal memberikannya saja. Satu sampai beberapa bulan ke depan, bunglon tua harus segera mencari dahan baru yang lebih cocok dengan kondisinya hehehe... biarkan bunglon muda rules!

Tidak ada yang salah dengan menjadi anak gaul asal punya otak, dan para bunglon muda ini punya keduanya. Gue yakin mereka bisa jauh lebih maju daripada bunglon senior yang sudah malas bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Makin mirip katak ketimbang bunglon yang cerdas, katak yang hanya besar dalam tempurungnya lalu lupa pada indahnya dunia luar.

No comments: