Me : "Can money buy your idealism? "
You: "Nope, but you can't eat your idealism either."
You: "Nope, but you can't eat your idealism either."
Ketika adik gue bilang mau kuliah, serasa hidup gue sempurna sebagai kakak, sebagai orang tua. Tidak ada yang lebih gue inginkan daripada melihat dia berkembang menjadi lebih baik. Meski bangku kuliah tak akan membuatnya menjadi sempurna, tapi disana gue yakin cara berpikirnya akan berubah.
Ketika adik gue bilang akan mengajar taekwondo dari sekolah ke sekolah tanpa dibayar. Tapi nanti kalau naik sabuk ga perlu bayar ujiannya mba... well that's cool! bukan soal dibayar atau tidak. Tak ada yang lebih menyenangkan daripada melihatnya punya kegiatan positif, mengajar adalah tindakan paling mulia.
Ketika adik perempuan gue hamil, tak ada yang lebih menggembirakan buat gue dari punya seorang bayi di rumah, mendengar dia menangis dan tertawa meski bukan bayi gue sendiri. Janji pada bayi Zoe bahwa untie-nya ini akan menjaganya agar tak kekurangan sedikitpun.
Sakit rasanya ketika mimpi itu menghilang raib hanya karena uang! Maafkan gue yang ga sanggup memberikan yang terbaik untuk ketiganya, Prima, Lina and the baby Zoe. Hidup terlalu berat untuk gue, terlalu ga adil untuk semua keinginan mulia itu. Bersabar sudah, berusaha sudah, tinggal keberuntungan tak kunjung datang.
Gue merasa jadi orang paling egois, demi sebuah idealisme I became so unrealistic person. Bahwa the baby Zoe bisa saja tak tertebus di rumah sakit, bahwa Prima selamanya jadi jongos berijazah SMA. Bahwa hidup ini adalah Uang.
Gue masih mengais, menangisi rekening yang cuma tinggal 425 ribu, sementara kos belum lagi terbayar! aarrrrggghhhhh now how come you tell me that you need 300 million rupiahs for your wedding party! life is so unfair....
No comments:
Post a Comment