Saturday, March 03, 2007

Rakyat Pesimistis

Seorang pendengar bilang dari 45 partai baru yang terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak satupun mengasipirasikan suara rakyat. Lalu dia menolak untuk memilih di pemilu 2009 nanti. Kita golput saja di pemilu berikutnya.
Seorang pendengar lainnya bingung dan bertanya pada Gus Dur, "kalau kita golput artinya kita tidak memilih umaroh, atau calon pemimpin kita. Apakah kita salah kalau tidak memilih umaroh kita?"

Sayang gue ga mendengar jawaban Gus Dur ketika itu. Rakyat bingung, sebingung gue mengisi surat cinta SPT tahunan dari Dirjen Pajak. Kenapa birokrasi dan administrasi itu tidak pernah bisa dibuat simple, sederhana. Kenapa harus berpuluh-puluh lembar untuk mengetahui berapa gaji gue dalam satu tahun. Oh pusingnya.

Anyway, kita kembali ke rakyat yang lagi pusing karena tak tahu mencari jawaban apa yang bisa mewakili aspirasi mereka. DPRD dan DPR sibuk sama kantongnya masing-masing. Presiden selalu kecolongan berita dari cangkem wakilnya yang selalu tanpa pikir. Hukum koq diselesaikan pakai adat. Penanggulangan korupsi koq dianggap menghambat investasi. Wadoh.

Gara-gara rakyat pesimistis, politikus puritan makin pintar memainkan peran. Lewat celah agama ditawarkan solusi praktis, kembali ke jalan al-qur'an yang intepretasinya pun bisa jadi semau mereka. Gue bodoh dan ga ngerti bahasa Arab, hadist mana yang mereka kutip, manalah gue tahu itu adalah kebenaran atau bukan. Intinya solusi ini pun dimakan mentah-mentah oleh rakyat yang pesimistis dan bingung mencari solusi masalah perut pribadi. Kalau agama solusi terbaik kenapa tak bisa menyelesaikan masalah di timur tengah. Karena memang bukan agama solusinya, tapi politik dan toleransi sosial.

Gue kangen sama Indonesia yang tenang tanpa rasa takut terhadap lapar, kebijakan pemerintah yang bodoh, cangkep mereka yang nyerocos tanpa bahan. Tapi gue juga lebih takut sama mereka yang memanfaatkan agama gue yang baik ini untuk kepentingan politik mereka.

Gue jadi inget sama kata adik sepupu gue yang selalu pingin botak. Kalau botak, otak encer mba kena sinar matahari. Kalau kepala "ditutupi" apa otak mereka encer seperti klaim mereka pada hati yang bersih?

No comments: