Benarkah di zaman modern kayak begini, lelaki sudah bisa menerima keberadaan perempuan maju? secara pendidikan dan kemampuan, secara kedudukan dan kekayaan? benarkah mereka tak merasa terancam eksistensinya?
Sebut saja Anna, sahabat gue di kampus yang menikahi pria tampan lulusan D3. Anna adalah perempuan pandai, sukses meniti karir, sementara suaminya pegawai biasa disebuah perusahaan, sebelumnya pernah di PHK dan bekerja serabutan. Lama tak sua, Anna sudah memiliki seorang anak lelaki, dia bilang,"susah ngarepin laki gue, bodo amat lah terserah dia mau ngapain, lagian gue cuma butuh dia ditempat tidur."
Sebut lagi Iim, sahabat lelaki gue dari SD sampai sekarang, sejak dulu dia selalu wanti-wanti, jadi perempuan itu jangan terlalu pinter, bikin minder laki tau ga. Jangan terlalu mandiri, bikin gue risih, merasa tak dibutuhkan.
Ada jutaan Anna, perempuan cerdas, cantik dan sukses. Ada jutaan Iim, lelaki yang keegoannya tetap tak ingin tersaingi oleh makhluk cerdas bernama perempuan. Bahkan bunda sendiri yang menjadi inspirator gue untuk tetap maju selalu bilang, Lelaki segan padamu karena kamu terlalu mandiri, seolah tak butuh siapapun.
Bunda sayang, Iim malang dan Anna terkekang. Tak ada perempuan yang benar-benar bisa sendiri, dalam hidup kami pasti membutuhkan seseorang, entah laki-laki atau perempuan lain, tergantung orientasi seksual masing-masing. Tapi kami tak sudi kalau harus bertoleransi pada lelaki yang cuma berpikir pakai egonya atau pakai alat vitalnya. Kami atau gue hanya ingin menunggu lelaki yang bersedia jalan disampaing gue, bersama menyongsong hidup bersama. Lelaki yang ikut maju bukan menahan mundur. Bukan lelaki yang ketakutan eksistensinya terhabisi!!
No comments:
Post a Comment