Dulu Ram pernah ngeledek gue sambil bilang, "loh di Indonesia kan paling gampang cari segala sesuatu yang "fake", semuanya bisa di copy, ditiru. Mahasiswa ga beli buku asli karena bisa fotocopy. Mau nonton ada dvd bajakan, ya kan.
Huh gue sempat bete, karena kata-kata fake, copy itu datangnya dari orang asing. Tapi itu faktanya. Gue salah seorang pelaku pembajakan, terutama buku sekolah dan kuliah. Kalau saja harga buku di negara ini ga mahal, tentu kita juga ga main curang dengan membajaknya di tempat foto-copian kan. Ga berburu fotokopian yang murah meriah disepanjang jalan Margonda, eh Aladdin itu bagus loh wakakakak.. Kalau untuk buku, maaf untuk para pengarang di Indonesia, andai saja harganya bisa murah.... kami sangat ingin membeli yang asli.
Sayangnya kebiasaan fotokopi, copy paste itu terbawa ke ranah ide. Dengan alasan mengadaptasi cerita asing ke ranah lokal, silakan tengok sinetron Indonesia. Teman gue diawal karirnya pernah disuruh nonton puluhan DVD sinetron Korea, lalu bikin versi Indonesianya. Trend bergeser, sinetron Indonesia eh India maksudnya kekekek. Yoi, yang menghiasi layar kaca di rumah anda, yang mencekoki otak pekerja rumah tangga, ibu-ibu rumah tangga sampai Batita anda adalah produk jiplakan dari India. Yang diilangkan dari cerita India itu ya cuma nari di pohon-pohon, bergelantungan kekekek... eh yang gaya begini masih ada ding di Indosiar.. ya Ampyun... jangan sampai besok anda temukan Batita anda mejeng di pagar rumah gara-gara abis nonton sinetron ;-P
Dari sinetron, mari bergeser ke video klip. Pernah liat video klip Marcel "semusim", itu dah lama bener memang. Yang bikin Dimas Jay, pasti terinsipirasi oleh video klip Justin Timberlake yang judulnya "Cry me a river". GA JIPLAK CUMA TERINSPIRASI. wahahahaha... whatever!
Sekarang mari bergeser ke isi novel... Demam Alchemist karya Paulo Coelho yang merupakan perjalanan spiritual mencari arti kehidupan ternyata juga menjangkiti para pengarang kita. Dee dengan Akar dan Supernovanya. Maaf neh sekali lagi Insipirasi bukan jiplak... beda dong nit.. hehehe iya deh..
Trus film... man what can I say about it, you know lah. Insipirasi dari Linkin Park menghinggapi Fade 2 Black feat Bondan Parkoso, demam Coldplay nyangkut di Nidji. Nah terakhir, pagi tadi gue denger U-Fm.. oops sorry guys bukan radio sendiri neh.... ada lagu mirip banget sama lagunya Mario-Let Me Love YOu.... damn damn damn.... karena gue sudah bernyanyi ala mario yang keluar berbahasa Indonesia.... ah hanya terinsipirasi, bukan plagiat.
Oh ya kasus terbesar dalam hidup gue sebenarnya adalah kasus dosen politik gue dikampus divonis plagiat untuk thesisnya.... ck ck ck..
Indonesia mau ulang tahun neh, merayakan kemerdekaan. Tren bergeser untuk ngomongin seberapa bangganya lo jadi bangsa Indonesia. I love being Indonesian, Im proud of it. Semoga kedepan, para seniman, kreator, konseptor bangsa ini bisa nemu ide ORIGINAL, GENUINE, asli Indonesia. C'mon stop lah being plagiat. Inspirasi bisa dicari kok, Indonesia kaya dengan inspirasi. Percaya diri lah dikit... dikit aja :-)
Thursday, July 31, 2008
Tuesday, July 29, 2008
Takut
Sebisa mungkin menjauhimu. Tapi kita tahu sesuatu yang kita punya terlalu kuat untuk dihilangkan. Aku selalu kembali padamu dan kamu selalu balik padaku. Untuk satu dan lain alasan.
Aku cuma takut kembalinyaku kali ini tak bisa membuatku menghindar dilain hari.
Aku takut mencintaimu... lagi
Aku cuma takut kembalinyaku kali ini tak bisa membuatku menghindar dilain hari.
Aku takut mencintaimu... lagi
Foto
Foto ini gue ambil dari facebooknya Ucu Agustin. Keren banget. Bersamaan dengan potongan tulisan yang dibuatnya. Two thumbs up. Betapa mudah gue mendefinisikan diri dengan isi didalamnya :-(
"Aku tahu bagaimana rasanya berada di antara masa lalu dan masa kini. Terjebak dalam waktu dan membuat kita merasa mengayun tanpa tali. Rawan tapi terus dijalani. Aku pernah mengalaminya, Araki. Dan aku tahu, hal yang akan kulakukan bila dalam kondisi tersebut muncul lagi seseorang; aku pasti akan menghindar. Dan tepat itulah yang kulakukan sekarang. Aku cuma pergi sebentar. Aku ngeri jatuh cinta padamu, Araki. Dan tentu saja bila itu terjadi, aku akan menambah lagi satu masalah. Padahal sebagaimana yang telah kita sepakati, aku akan di sana selalu. Di samping Araki. Namun untuk membuat semuanya lebih mudah. Bukan untuk menggubah urusan-urusan hati, menjadi sebuah masalah yang semakin membuat gundah...."
Monday, July 28, 2008
I wanna have YOUR baby
Tahu judul lagu diatas ga? Itu yang nanyi Natasha Bedingfield. Salah satu liriknya bilang gini :
What if you knew what I was thinking?
Would it make you like "Whoa!"?
I don't wanna risk putting my foot in this
So I keep my mouth closed.
Ha ha ha, emang bener ternyata. Cowo itu sometime alergi pisan sama kata-kata bayi, apalagi kalau pasangannya tiba-tiba bilang pengen banget punya anak dari lo, hua panik yah. Ini yang terjadi hari ini sama beberapa teman cowo yang gue ajak curhat soal keinginan gue menjadi single mom. I wanna have a baby but not a husband.
Mulai dari khotbah agama, sampai ide untuk bayi tabung dari temen gue. Hmm... menarik. Ada juga yang tiba-tiba sign out begitu gue bilang "gue butuh donor. pengen punya anak neh." Waks kan ga berarti gue minta dari lo kaleee, ge-er amat. Sampai sekarang Ram juga ga balas email gue, mungkin dia pikir gue udah gila kali yah. Ah padahal gue tahu persis, bibit terbaik justru dari dia. Duh penyesalan lagi deh yang gue dapat :-( coba aja dulu...... hehehehe... ga deng.
Anyway, keinginan ini muncul bukan cuma sekali ini. Sudah sering. Dulu-dulu sih idenya adalah adopsi anak. Tapi begitu liat teman gue melahirkan bayi perempuan yang lucu, dan adik gue lagi hamil tua, pengen juga merasakan hal yang sama. Seseorang hidup didalam perut ini, menendang, bernafas dan hidup disitu. huhuhu mengharu biru, pengen pengen pengen...
Tapi harus dengan menikah yah? gue memang egois so what. Belum bisa berbagi dengan makhluk besar bernama suami. Gue mungkin siap menjadi ibu tapi ga siap jadi istri yang harus berbagi kehidupan dengannya. Boleh dong kalau gue cuma berkeinginan jadi ibu... untuk saat ini. Kebayang menyenangkannya punya seorang anak yang dengannya berbagi kehidupan, berbagi cerita, be the inspiration of life, the reason to be alive.
Semua teman bilang, punya suami saja sulit nit yang namanya punya anak. Apalagi harus menghadapi kehamilan dan kelahiran seorang diri... hmm... bisa dipahami, tapi barangkali sendiri itu malah menyenangkan :-) but right now, I just wanna have a baby... a cute little boy named Saladdin Ramy or a beautiful daughter named Lily Ruby.
What if you knew what I was thinking?
Would it make you like "Whoa!"?
I don't wanna risk putting my foot in this
So I keep my mouth closed.
Ha ha ha, emang bener ternyata. Cowo itu sometime alergi pisan sama kata-kata bayi, apalagi kalau pasangannya tiba-tiba bilang pengen banget punya anak dari lo, hua panik yah. Ini yang terjadi hari ini sama beberapa teman cowo yang gue ajak curhat soal keinginan gue menjadi single mom. I wanna have a baby but not a husband.
Mulai dari khotbah agama, sampai ide untuk bayi tabung dari temen gue. Hmm... menarik. Ada juga yang tiba-tiba sign out begitu gue bilang "gue butuh donor. pengen punya anak neh." Waks kan ga berarti gue minta dari lo kaleee, ge-er amat. Sampai sekarang Ram juga ga balas email gue, mungkin dia pikir gue udah gila kali yah. Ah padahal gue tahu persis, bibit terbaik justru dari dia. Duh penyesalan lagi deh yang gue dapat :-( coba aja dulu...... hehehehe... ga deng.
Anyway, keinginan ini muncul bukan cuma sekali ini. Sudah sering. Dulu-dulu sih idenya adalah adopsi anak. Tapi begitu liat teman gue melahirkan bayi perempuan yang lucu, dan adik gue lagi hamil tua, pengen juga merasakan hal yang sama. Seseorang hidup didalam perut ini, menendang, bernafas dan hidup disitu. huhuhu mengharu biru, pengen pengen pengen...
Tapi harus dengan menikah yah? gue memang egois so what. Belum bisa berbagi dengan makhluk besar bernama suami. Gue mungkin siap menjadi ibu tapi ga siap jadi istri yang harus berbagi kehidupan dengannya. Boleh dong kalau gue cuma berkeinginan jadi ibu... untuk saat ini. Kebayang menyenangkannya punya seorang anak yang dengannya berbagi kehidupan, berbagi cerita, be the inspiration of life, the reason to be alive.
Semua teman bilang, punya suami saja sulit nit yang namanya punya anak. Apalagi harus menghadapi kehamilan dan kelahiran seorang diri... hmm... bisa dipahami, tapi barangkali sendiri itu malah menyenangkan :-) but right now, I just wanna have a baby... a cute little boy named Saladdin Ramy or a beautiful daughter named Lily Ruby.
Wednesday, July 23, 2008
Awet Muda?
My name is Nita and I am 30 years old. Tapi tak semua orang setuju angka sesuai dengan muka.
Pagi tadi di ruang tunggu dokter Evert. Semua yang hadir tentu saja sedang membicarakan tentang penyakit tumor payudara, saling menguatkan, saling berbagi pengalaman. Tapi ketika gue duduk di dekat mereka, semua memandang prihatin ke gue.
Mereka memperhatikan gue dari ujung kaki sampai kepala. Adakah yang salah dengan gue? Rasanya nda. Sampai satu ibu menyapa gue dengan ramah, "masih gadis, kamu sakit dek?"
"Iya bu, baru operasi bulan lalu." jawab gue.
"Ya ampun masih kecil sudah kena, tumor, kista atau kanker?"
"Tumor bu, masih jinak."
"Berapa umurmu dek?"
"30"
Mereka menatap seolah tak percaya. Cuma selang beberapa menit, lain ibu bertanya lagi.
"Sekolah dimana?"
"Saya kerja bu."
"Oh sudah kerja."
Wajah mereka prihatin seolah berkata, anak ini kasihan sekali, masih muda sudah menderita tumor. Sendirian datang tanpa saudara dan orang tua. huhuhuhhu...
Apa gue sebegitu menyedihkan yah. Tahukah anda bahwa pasien termuda yang pernah gue temui di ruang tunggu dokter Evert berusia 12 tahun?
Beberapa waktu lalu, pas kondisi gue beneran drop dan lunglai sambil menunggu dokter, seorang ibu terus menerus memperhatikan gue. Kemudian dia bilang, "kamu paling seumur anak saya. Makin muda saja pasien dokter Evert." Citra, yang ngantar gue balik nanya, "emangnya anak ibu umur berapa?" si ibu berkata, sambil terus menatap gue prihatin, "17"
Citra ngakak, gue meringis nahan sakit dan tawa.... muda amat... saya 13 tahun lebih tua dari anak ibu...
Is it because my face? my appearance? or what?
Dua tahun lalu, Peter Hille temen gue di DW suatu kali melihat gue pake kacamata dan dia bilang, "Now You Look Like Your Age." Oh my God. Apa beneran yang salah ada di gue yah.
Mestinya sih seneng aja usia 30 kira 17. Tapi kalau jatuhnya orang ga anggap gue serius karena tampilan gue seperti anak kecil, itu merugikan. Hiks secara menurut banyak orang, usia 30 adalah puncak kehidupan perempuan. Kematangan dalam karir, seks sampai cara berpikir. Hua gue sampai mana yah?
Pagi tadi di ruang tunggu dokter Evert. Semua yang hadir tentu saja sedang membicarakan tentang penyakit tumor payudara, saling menguatkan, saling berbagi pengalaman. Tapi ketika gue duduk di dekat mereka, semua memandang prihatin ke gue.
Mereka memperhatikan gue dari ujung kaki sampai kepala. Adakah yang salah dengan gue? Rasanya nda. Sampai satu ibu menyapa gue dengan ramah, "masih gadis, kamu sakit dek?"
"Iya bu, baru operasi bulan lalu." jawab gue.
"Ya ampun masih kecil sudah kena, tumor, kista atau kanker?"
"Tumor bu, masih jinak."
"Berapa umurmu dek?"
"30"
Mereka menatap seolah tak percaya. Cuma selang beberapa menit, lain ibu bertanya lagi.
"Sekolah dimana?"
"Saya kerja bu."
"Oh sudah kerja."
Wajah mereka prihatin seolah berkata, anak ini kasihan sekali, masih muda sudah menderita tumor. Sendirian datang tanpa saudara dan orang tua. huhuhuhhu...
Apa gue sebegitu menyedihkan yah. Tahukah anda bahwa pasien termuda yang pernah gue temui di ruang tunggu dokter Evert berusia 12 tahun?
Beberapa waktu lalu, pas kondisi gue beneran drop dan lunglai sambil menunggu dokter, seorang ibu terus menerus memperhatikan gue. Kemudian dia bilang, "kamu paling seumur anak saya. Makin muda saja pasien dokter Evert." Citra, yang ngantar gue balik nanya, "emangnya anak ibu umur berapa?" si ibu berkata, sambil terus menatap gue prihatin, "17"
Citra ngakak, gue meringis nahan sakit dan tawa.... muda amat... saya 13 tahun lebih tua dari anak ibu...
Is it because my face? my appearance? or what?
Dua tahun lalu, Peter Hille temen gue di DW suatu kali melihat gue pake kacamata dan dia bilang, "Now You Look Like Your Age." Oh my God. Apa beneran yang salah ada di gue yah.
Mestinya sih seneng aja usia 30 kira 17. Tapi kalau jatuhnya orang ga anggap gue serius karena tampilan gue seperti anak kecil, itu merugikan. Hiks secara menurut banyak orang, usia 30 adalah puncak kehidupan perempuan. Kematangan dalam karir, seks sampai cara berpikir. Hua gue sampai mana yah?
Tuesday, July 22, 2008
Memaafkan
Memulainya darimana yah. Lagi merenung hidup neh. Nita kecil tak pernah suka bergaul dengan banyak orang. Teman gue selalu laki-laki. Alasannya simple. Anak laki-laki tak suka pamer kekayaan atau sirik sama milik orang lain. Yang paling menyenangkan, anak laki-laki ga suka ngomongin orang.
Nita SMA tak banyak berubah. Masih suka main dengan anak laki-laki sederhana seperti AA dan Bambang. Tapi sudah mulai punya teman perempuan ada Ari, Astrid, Tika dan Lia. Di dekat kawan laki-laki, gue selalu merasa nyaman, jauh dari keusilan ngomongin orang lain. Sebisa mungkin kami tidak bicara keburukan orang lain kecuali masalah dilingkaran kecil kami saja.
Nita di Kampus, masih tak berubah. Hanya ada 1 teman paling dekat, Cindy. Alasannya lagi-lagi simple. Cindy lebih senang bicara tentang keluarganya, pacar atau keluarga gue, laki-laki gue dan kita. Sementara lingkaran yang lebih besar dari itu cuma bisa saling menjelekan, saling mencari kesalahan orang lain dan sebagainya.
Nita di kantor, kehidupan jadi lebih rumit. Bukan lagi soal kecenderungan sifat laki-laki dan perempuan. Di kantor gue makhluk paling comelnya justru laki-laki kok :-). Mas Iyo di MS3 dulu pernah ngajarin gue untuk bisa bikin peta konflik. Siapa saja disekitar lo yang "jahat" dan siapa yang berada di pihak lo. Ajaran dia ini paling gue benci, karena lo ga bisa berburuk sangka sama orang lain. Semua orang itu dasarnya baik, kalau ada yang "jahat" sama gue pasti ada yang salah sama gue. Tapi kemudian Bayangku selalu bilang, "Nita kau ini selalu jadi orang naif. menganggap semua orang baik sementara dibelakang bergunjing, menusuk sampai menjatuhkanmu. Orang harus pandai membaca situasi, mana lawan mana musuh. Dan tidak selamanya tentang kamu, mereka bisa jadi punya ambisi sendiri dan kamu menghalangi ambisi tersebut, sadar ataupun tidak sadar. Kamu harus disingkirkan."
Sekarang gue tahu persis kok, senyuman manis seseorang bukan berarti madu, tapi bisa jadi racun. Kebaikan orang bisa jadi kebusukan yang ditutupi. Lalu bagaimana gue bisa memilah siapa yang baik dan siapa yang jahat, sementara gue bukan paranormal, tak bisa membaca hati.
Waktu. Cepat atau lambat, bangkai itu baunya menyebar. Cepat atau lambat, orang akan kegerahan bersembunyi dibalik topeng kebaikannya lalu dia akan mencopotnya. Sampai saat itu tiba, gue hanya perlu menjadi gue, menjaga kejujuran semaksimal mungkin seperti mandat babe. Dan ketika kebusukan itu terkuak, yang harus gue lakukan... memaafkan.
Jangan khawatir kawan, aku sudah memaafkanmu ;-)
Nita SMA tak banyak berubah. Masih suka main dengan anak laki-laki sederhana seperti AA dan Bambang. Tapi sudah mulai punya teman perempuan ada Ari, Astrid, Tika dan Lia. Di dekat kawan laki-laki, gue selalu merasa nyaman, jauh dari keusilan ngomongin orang lain. Sebisa mungkin kami tidak bicara keburukan orang lain kecuali masalah dilingkaran kecil kami saja.
Nita di Kampus, masih tak berubah. Hanya ada 1 teman paling dekat, Cindy. Alasannya lagi-lagi simple. Cindy lebih senang bicara tentang keluarganya, pacar atau keluarga gue, laki-laki gue dan kita. Sementara lingkaran yang lebih besar dari itu cuma bisa saling menjelekan, saling mencari kesalahan orang lain dan sebagainya.
Nita di kantor, kehidupan jadi lebih rumit. Bukan lagi soal kecenderungan sifat laki-laki dan perempuan. Di kantor gue makhluk paling comelnya justru laki-laki kok :-). Mas Iyo di MS3 dulu pernah ngajarin gue untuk bisa bikin peta konflik. Siapa saja disekitar lo yang "jahat" dan siapa yang berada di pihak lo. Ajaran dia ini paling gue benci, karena lo ga bisa berburuk sangka sama orang lain. Semua orang itu dasarnya baik, kalau ada yang "jahat" sama gue pasti ada yang salah sama gue. Tapi kemudian Bayangku selalu bilang, "Nita kau ini selalu jadi orang naif. menganggap semua orang baik sementara dibelakang bergunjing, menusuk sampai menjatuhkanmu. Orang harus pandai membaca situasi, mana lawan mana musuh. Dan tidak selamanya tentang kamu, mereka bisa jadi punya ambisi sendiri dan kamu menghalangi ambisi tersebut, sadar ataupun tidak sadar. Kamu harus disingkirkan."
Sekarang gue tahu persis kok, senyuman manis seseorang bukan berarti madu, tapi bisa jadi racun. Kebaikan orang bisa jadi kebusukan yang ditutupi. Lalu bagaimana gue bisa memilah siapa yang baik dan siapa yang jahat, sementara gue bukan paranormal, tak bisa membaca hati.
Waktu. Cepat atau lambat, bangkai itu baunya menyebar. Cepat atau lambat, orang akan kegerahan bersembunyi dibalik topeng kebaikannya lalu dia akan mencopotnya. Sampai saat itu tiba, gue hanya perlu menjadi gue, menjaga kejujuran semaksimal mungkin seperti mandat babe. Dan ketika kebusukan itu terkuak, yang harus gue lakukan... memaafkan.
Jangan khawatir kawan, aku sudah memaafkanmu ;-)
Monday, July 21, 2008
Namanya Pien Tze Huang
Sejak hari ketiga operasi bunda sudah mengingatkan gue untuk membeli obat cina yang katanya manjur banget buat menghentikan pendarahan dan mengeringkan luka. Jawaban gue waktu itu, ga mam, ga bisa dipertanggungjawabkan, ga bisa diklaim kantor mengingat harganya yang ga tanggung-tanggung 290 rebu rupiah untuk 1 kotak obat yang diracik jadi 6 kapsul.
3 hari setelah pendarahan, bunda sms lagi "kamu itu susah bener sih dibilangin, beli obat cina itu. Kapan mau sembuh kalau kamu bandel kayak begini. Percaya dong sama orang tua." Lagi-lagi jawaban gue saat itu, nanti dulu mam. Aku lagi dalam pantauan dokter, masih minum obat dokter yang buanyak ini. Nanti kalau obat cinanya kontradiktif sama obat dokter gimana? repot mam.
Hari ke-29 setelah operasi, dokter masih mengotak-atik luka gue. Dia bilang masih ada cairan yang harus dikeluarkan dari toket gue. Berhubung ketika kedua tumor diambil meninggalkan lubang yang diisi cairan darah. Tadinya kami pikir cairan itu akan tersedot lagi oleh tubuhmu, ternyata tidak dan dia memilih keluar. Sekarang masih ada sisa didalamnya. Sabar yah.
Gue tanya, sebenarnya ada ngga sih obat yang bener-bener bisa menghentikan pendarahan ini sekaligus mengeringkan lukanya? Saya cape dok kudu bolak balik ke dokter 2 kali seminggu begini dan terus-terusan khawatir. Jangan-jangan luka saya tidak akan pernah sembuh.
Dia bilang, maksudmu mau coba alternatif?
Gue jawab, kata ibu saya minum obat cina bisa jadi manjur dok. Pien Tze Huang.
Dokternya bilang, ah saya juga pernah jajal obat itu dan memang manjur. Kamu coba aja, Rabu kita ketemu lagi.
Yah dokter, kenapa kaga dari kemarin-kemarin sih dia saranin itu. Mungkin karena profesinya tapi dokter gue itu emang asik banget. Doi ga percaya sama antibiotik, dia bilang tubuh manusia itu pintar, dia akan mengatasi sendiri masalah yang terjadi. Sayangnya body gue ga sepintar dokter bilang, butuh senjata ampuh selain plester dan kasa.
Siang itu juga gue ke apotik jatinegara yang ternyata jualan obat Pien Tze Huang itu. 290 rebu rupiah, diracik dalam 6 kapsul, diminum 3 kali sehari. Hari ini, kasa itu sudah tidak berdarah lagi.... Hore hore.... semoga beneran berhenti dan gue bisa kerja dan hidup dengan tenang lagi...
Bukan sulap, bukan sihir, cobain aja sendiri kekekek... satu lagi, jangan suka membantah orang tua, ga ada orang tua yang mau ngejerumusin anaknya toh kekekekek.... maafkan aku bunda.
3 hari setelah pendarahan, bunda sms lagi "kamu itu susah bener sih dibilangin, beli obat cina itu. Kapan mau sembuh kalau kamu bandel kayak begini. Percaya dong sama orang tua." Lagi-lagi jawaban gue saat itu, nanti dulu mam. Aku lagi dalam pantauan dokter, masih minum obat dokter yang buanyak ini. Nanti kalau obat cinanya kontradiktif sama obat dokter gimana? repot mam.
Hari ke-29 setelah operasi, dokter masih mengotak-atik luka gue. Dia bilang masih ada cairan yang harus dikeluarkan dari toket gue. Berhubung ketika kedua tumor diambil meninggalkan lubang yang diisi cairan darah. Tadinya kami pikir cairan itu akan tersedot lagi oleh tubuhmu, ternyata tidak dan dia memilih keluar. Sekarang masih ada sisa didalamnya. Sabar yah.
Gue tanya, sebenarnya ada ngga sih obat yang bener-bener bisa menghentikan pendarahan ini sekaligus mengeringkan lukanya? Saya cape dok kudu bolak balik ke dokter 2 kali seminggu begini dan terus-terusan khawatir. Jangan-jangan luka saya tidak akan pernah sembuh.
Dia bilang, maksudmu mau coba alternatif?
Gue jawab, kata ibu saya minum obat cina bisa jadi manjur dok. Pien Tze Huang.
Dokternya bilang, ah saya juga pernah jajal obat itu dan memang manjur. Kamu coba aja, Rabu kita ketemu lagi.
Yah dokter, kenapa kaga dari kemarin-kemarin sih dia saranin itu. Mungkin karena profesinya tapi dokter gue itu emang asik banget. Doi ga percaya sama antibiotik, dia bilang tubuh manusia itu pintar, dia akan mengatasi sendiri masalah yang terjadi. Sayangnya body gue ga sepintar dokter bilang, butuh senjata ampuh selain plester dan kasa.
Siang itu juga gue ke apotik jatinegara yang ternyata jualan obat Pien Tze Huang itu. 290 rebu rupiah, diracik dalam 6 kapsul, diminum 3 kali sehari. Hari ini, kasa itu sudah tidak berdarah lagi.... Hore hore.... semoga beneran berhenti dan gue bisa kerja dan hidup dengan tenang lagi...
Bukan sulap, bukan sihir, cobain aja sendiri kekekek... satu lagi, jangan suka membantah orang tua, ga ada orang tua yang mau ngejerumusin anaknya toh kekekekek.... maafkan aku bunda.
Monday, July 14, 2008
Kesel
Mestinya gue bisa bicara soal toket gue sama temen-temen cewek gue yang selama ini biasa ririungan, hang out bareng. Tapi kali ini ga ada satupun disamping gue untuk sekedar kasih support boro-boro bantuin ganti perban.
Iya gue ini orang paling mandiri. Tapi ganti perban itu bukan perkara mudah, gue ga bisa ngerjain itu sendiri. Pergi ke gawat darurat will cost me 55 rebu cuma buat ganti pembalut dan perban. Irvan sama Dallas pasti senang hati ngebantuin ganti perban, ya kan. But mereka lelaki, bukan muhrim kekekek...
Ada eci yang akhirnya ngebantuin gue ganti perban. Lagi-lagi Eci. Padahal ada banyak temen cewe gue yang biasa ha ha ha hihihihi, pas hang out. Apa kalian sudah lupa aturan tidak tertulis kita "kalau kawan lagi senang, boleh kita tak ada, tapi kalau kawan susah, kita harus hadir disana." oh well, penyakit gue ga bikin mereka concern tuh. Mungkin karena dianggap ga akan membuat gue susah kali yah. Beda kalau urusannya soal cinta, laki-laki atau pekerjaan.
Apa gue pernah ga hadir saat kalian butuh kawan? bikin sedih aja.
Iya gue ini orang paling mandiri. Tapi ganti perban itu bukan perkara mudah, gue ga bisa ngerjain itu sendiri. Pergi ke gawat darurat will cost me 55 rebu cuma buat ganti pembalut dan perban. Irvan sama Dallas pasti senang hati ngebantuin ganti perban, ya kan. But mereka lelaki, bukan muhrim kekekek...
Ada eci yang akhirnya ngebantuin gue ganti perban. Lagi-lagi Eci. Padahal ada banyak temen cewe gue yang biasa ha ha ha hihihihi, pas hang out. Apa kalian sudah lupa aturan tidak tertulis kita "kalau kawan lagi senang, boleh kita tak ada, tapi kalau kawan susah, kita harus hadir disana." oh well, penyakit gue ga bikin mereka concern tuh. Mungkin karena dianggap ga akan membuat gue susah kali yah. Beda kalau urusannya soal cinta, laki-laki atau pekerjaan.
Apa gue pernah ga hadir saat kalian butuh kawan? bikin sedih aja.
Friday, July 11, 2008
Setelah Operasi
Sekecil apapun operasi tumor payudara yang dilakukan, bukan berarti tidak berdampak. Ini pelajaran penting yang gue dapat selama proses pasca operasi. Ga ada terapi apapun hanya obat dari dokter. Tapi bukan disana masalahnya. Setelah operasi beberapa hal harus lo perhatikan :
1. Jangan pernah lalai memakai bra yang sangat amat ketat. Sama seperti luka lain yang perlu ditekan agar daging merapat, agar luka tidak terbuka. Nah untuk satu ini gue sempat lalai akibatnya bleeding parah seminggu setelah operasi. Sekarang gue terpaksa sesak napas karena ukuran lingkar badan berkurang 2cm dan tali kekang sangat kencang. Sakit iya, sesak napas iya. Tapi demi kebaikan gue hari ini, terpaksa semua dijalani.
2. Jangan terlalu banyak bergerak. Yang namanya abis diobrak-abrik bagian badan lo, tentu berdampak pada fisik, jadi lemah. Yang terbaik sebenarnya bed rest. Tapi gue ga bisa, karena kerjaan bertumpuk. Ini yang harus lo siapkan sebelum operasi, selesaikan semaksimal mungkin pekerjaan lo. Sekencang apapun bra lo, tetap aja fisik lo belum bisa normal seperti sebelum operasi. Percaya lah, bed rest setelah operasi obat paling cepet penyembuhan. Dont do something stupid like I did.
3. Banyak makan sayur dan buah. Dokter selalu menyarankan ini supaya bengkak bisa cepat kempes.
4. Cerewetlah sama dokter lo. Apakah lo jenis orang yang ga gampang sembuh dari luka? apakah kulit lo sensitif terhadap plester? well ini yang kurang gue lakukan. Akibatnya, gue baru tau kalau kulit gue sensitif plester warna putih yang tipis itu. Iritasi deh jadinya. Belum lagi kulit gue itu manis darah kata orang, ga gampang sembuh dari luka. Gigitan nyamuk aja bisa jadi koreng dikulit gue. hiks.
5. Siapkan kejiwaan lo pasca operasi. Lo bakalan gampang down begitu menemukan masalah di bekas operasi. Itu yang terjadi sama gue dalam 3 pekan terakhir. Sempat kesal sama diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, sampai gue bilang "I'm Tired of my life. Im sick of it." Muak sama obat-obatan yang dikasih, jijik sama plester yang nangkring di toket. Sampai berpikiran, anjrit I'll never be the same again. It wont be same again. Apalagi kalau denger dokter gue bilang apa "Nita, cuma Tuhan yang tidak meninggalkan bekas." HUKS
6. Cari sebanyak-banyaknya dukungan moril dari sahabat, keluarga atau pasangan lo. Yang pasti saat down jiwa lo, mereka ada disana untuk supporting lo. Saat lo lupa minum obat, mereka ada disana mengingatkan lo.
Untuk itu semua gue sangat beruntung berada diantara orang-orang yang sangat sangat baik. Mereka ini orang-orang yang tulus sayang sama gue. Kalau bukan karena para sahabat gue, I wont be as strong as I am now.
Thank you buat ban bajaj gue, Irvan dan Dallas, yang berhari-hari nemenin gue, iya las, masih ga boleh gendong kucing, takut "tekoet" kekekek. Buat Eci dan Citra, yang gantian nemenin gue ke dokter huhuhu. Kalian baik sekali. BIG HUG to you all.
Semoga berguna pengalaman gue ini buat lo yah :-)
1. Jangan pernah lalai memakai bra yang sangat amat ketat. Sama seperti luka lain yang perlu ditekan agar daging merapat, agar luka tidak terbuka. Nah untuk satu ini gue sempat lalai akibatnya bleeding parah seminggu setelah operasi. Sekarang gue terpaksa sesak napas karena ukuran lingkar badan berkurang 2cm dan tali kekang sangat kencang. Sakit iya, sesak napas iya. Tapi demi kebaikan gue hari ini, terpaksa semua dijalani.
2. Jangan terlalu banyak bergerak. Yang namanya abis diobrak-abrik bagian badan lo, tentu berdampak pada fisik, jadi lemah. Yang terbaik sebenarnya bed rest. Tapi gue ga bisa, karena kerjaan bertumpuk. Ini yang harus lo siapkan sebelum operasi, selesaikan semaksimal mungkin pekerjaan lo. Sekencang apapun bra lo, tetap aja fisik lo belum bisa normal seperti sebelum operasi. Percaya lah, bed rest setelah operasi obat paling cepet penyembuhan. Dont do something stupid like I did.
3. Banyak makan sayur dan buah. Dokter selalu menyarankan ini supaya bengkak bisa cepat kempes.
4. Cerewetlah sama dokter lo. Apakah lo jenis orang yang ga gampang sembuh dari luka? apakah kulit lo sensitif terhadap plester? well ini yang kurang gue lakukan. Akibatnya, gue baru tau kalau kulit gue sensitif plester warna putih yang tipis itu. Iritasi deh jadinya. Belum lagi kulit gue itu manis darah kata orang, ga gampang sembuh dari luka. Gigitan nyamuk aja bisa jadi koreng dikulit gue. hiks.
5. Siapkan kejiwaan lo pasca operasi. Lo bakalan gampang down begitu menemukan masalah di bekas operasi. Itu yang terjadi sama gue dalam 3 pekan terakhir. Sempat kesal sama diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, sampai gue bilang "I'm Tired of my life. Im sick of it." Muak sama obat-obatan yang dikasih, jijik sama plester yang nangkring di toket. Sampai berpikiran, anjrit I'll never be the same again. It wont be same again. Apalagi kalau denger dokter gue bilang apa "Nita, cuma Tuhan yang tidak meninggalkan bekas." HUKS
6. Cari sebanyak-banyaknya dukungan moril dari sahabat, keluarga atau pasangan lo. Yang pasti saat down jiwa lo, mereka ada disana untuk supporting lo. Saat lo lupa minum obat, mereka ada disana mengingatkan lo.
Untuk itu semua gue sangat beruntung berada diantara orang-orang yang sangat sangat baik. Mereka ini orang-orang yang tulus sayang sama gue. Kalau bukan karena para sahabat gue, I wont be as strong as I am now.
Thank you buat ban bajaj gue, Irvan dan Dallas, yang berhari-hari nemenin gue, iya las, masih ga boleh gendong kucing, takut "tekoet" kekekek. Buat Eci dan Citra, yang gantian nemenin gue ke dokter huhuhu. Kalian baik sekali. BIG HUG to you all.
Semoga berguna pengalaman gue ini buat lo yah :-)
Hue Hebat!
Ngga nyangka manajemen Ancol rajin bener nyari kritikan dari konsumennya. Neh gue dapat jawaban dari manajemen Ancol soal postingan Shuttle Bus itu :
===================
Dear Nita Roshita,
Kami atas nama manajemen Ancol menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yg saudari Nita alami.
Sebagai informasi bahwa shuttle bus yg ada adalah khusus utk Police Academy, utk Shuttle Bus yg dimaksud oleh Saudari Nita saat ini belum tersedia di Ancol, sebagai informasi mengenai shuttle Bus saat ini masih dibahas oleh Manajemen kami untuk mekanisme implementasinya sehingga konsumen dapat puas dengan pelayanan kami.
Atas kritik & saran saudari kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Manajemen Ancol
================
Plok plok.... hebat euy, begini baru mantab. Langsung ditanggapin. Wah senangnya. Ga jadi kesel deh sama Ancol ;-) ngomong-ngomong itu Shuttle Bus yang beneran kapan mau direalisasi. Cape gila jalan dari terminal busway ke pantai carnaval... jauhhhhhh....
makasih balik yah ancol buat tanggapannya :-)
===================
Dear Nita Roshita,
Kami atas nama manajemen Ancol menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yg saudari Nita alami.
Sebagai informasi bahwa shuttle bus yg ada adalah khusus utk Police Academy, utk Shuttle Bus yg dimaksud oleh Saudari Nita saat ini belum tersedia di Ancol, sebagai informasi mengenai shuttle Bus saat ini masih dibahas oleh Manajemen kami untuk mekanisme implementasinya sehingga konsumen dapat puas dengan pelayanan kami.
Atas kritik & saran saudari kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Manajemen Ancol
================
Plok plok.... hebat euy, begini baru mantab. Langsung ditanggapin. Wah senangnya. Ga jadi kesel deh sama Ancol ;-) ngomong-ngomong itu Shuttle Bus yang beneran kapan mau direalisasi. Cape gila jalan dari terminal busway ke pantai carnaval... jauhhhhhh....
makasih balik yah ancol buat tanggapannya :-)
Subscribe to:
Posts (Atom)