Tuesday, November 23, 2010

Ketika Menjadi Korban

Saya jurnalis dan kriminolog. Dua hal yang bikin saya usil, gatel dan berusaha untuk menuntaskan sebuah kasus secepat dan seobjektif mungkin. Tentu saya bersikeras mencari bukti, mendesak si Korban bertindak. Contohnya saja waktu mami kecopetan, saya akan langsung tanya, jam berapa di mana cirri pelaku seperti apa. Ternyata mudah mencari tahu ketika kita bukan korban

Sigh. Baru kali ini merasakan hal yang berbeda

Saya korban penipuan berkedok cinta.. tssaahh… saya bodoh termakan omongan manis lalu membangun mimpi indah bersama si pelaku. Dua bulan saya bermimpi bakal hidup penuh cinta dengan lelaki ini. Saya memilih tempat pernikahan, saya menghitung angka kasar biaya pernikahan bahkan saya sudah memberikan harapan pada ibu, sebentar lagi calon mantu akan datang. Selayaknya mereka yang mendekati waktu pernikahan, saya panic, deg degan, semua angan melambung. Meski saya tetap tahu, hal buruk dan paling buruk masih mungkin terjadi, putus di tengah jalan. Tapi tak secuilpun terpikir bahwa dia akan menipu saya. Bahwa saya akan jadi korban jaringan penipuan internasional.

Ketika hal itu terjadi. Ketika semua ini cuma penipuan, saya hancur, sehancurnya. Saya bisa tak menangis di depan para sahabat saya. Saya bisa tegar menceritakan semua hal ini kepada mereka. Tapi begitu sendirian, saya Cuma bisa meringkuk dan menjerit di bantal. Sakit. Berkali sakitnya, ketika mimpi itu cuma sekedar mimpi, malu, marah dan merasa bodoh. Semua campur aduk. Membaca ulang email dan sms itu membuat sakit hati, mual dan mendadak migren.

Tentu saja saya tak ingin ada korban berikutnya. Tentu saja saya ingin pelakunya di penjara. Tapi bukan itu yang saat ini saya ingin lakukan.

Saya cuma pengen berhenti untuk sakit dan marah. Saya Cuma pengen berhenti menangisi kebodohan saya. Saya Cuma ingin bisa tegar lagi dan bisa senyum yang bukan purapura. Saya pengen jadi saya kembali, seorang jurnalis dan kriminolog. Melihat segalanya dengan sudut yang objektif. Hanya sekali ini kasusnya subyektif.

Saya beruntung punya para sahabat yang menemani saat ini. Saya butuh sangat kehadiran mereka disamping saya membuat saya sibuk dengan cerita yang lain. Terima kasih citra, eci, dessy dan etta, you girls are really have brightened my days *peluk*.

No comments: