Tuesday, June 12, 2012

Lubang Semut


Semut-semut hitam kecil itu membangun rumah di dalam sol sepatu karetnya yang entah berapa tahun tak terbasuh air dan sabun. Lubang mereka tak cuma satu, bahkan lima di setiap sisi sol sepatu setebal lima sentimeter itu. 

Semut itu menemaninya terbang dari satu daerah ke daerah berikutnya, melintasi gunung dan laut. Semut itu pasti lelah berada di kakinya yang tidak pernah berhenti melangkah tegap menyeberang parit, menjejak di pasir dan batu bahkan terendam di sumber air panas. Sebagian besar semutnya mati, tapi selalu muncul generasi baru entah datang dari daerah mana yang betah menetap dalam lubang di sol karet sepatunya. 

Dia menundukkan kepala, mengamati lubang semut dan menjelajah jemarinya menghitung jumlah lubang lalu tersenyum. Kurasa dia menganggap semut-semut itu bagian dari dirinya, bagian dari perjalanannya menikmati hidup sebagai petualang. 

Semut itu punya rumah di sol karetnya dan aku menatapi mukanya yang terus tertunduk menatapi semut yang keluar masuk dengan penuh cinta. Harusnya bukan semut yang punya rumah di dirimu, harusnya aku. 

Dia mengangkat kepalanya menatapku lalu tertawa,” ha ha ha harusnya kamu yang ikut aku kemana pun, bukan semut-semut ini.”

No comments: