Wednesday, February 17, 2010

kehilangan ruang pribadi

jelas ga ada yang pernah mengajari saya bagaimana caranya jadi "bos", jadi atasan. sahabat saya, mas ade cuma berpesan kalau sudah menerima jabatan itu siapsiap tidak populer, dijauhin mereka yang tadinya temenmu, dimusuhin mereka yang ga sepakat denganmu. bukan nita namanya kalau mundur dari sebuah tantangan, dan jabatan ini saya anggap sebagai tantangan.

tidak ada juga yang mengajari saya bagaimana harus bersikap ketika sudah menerima tantangan itu. sahabat saya dewi bilang, someone just unborn to be a leader while the other does. ada orang yang sudah terlahir menjadi pemimpin tanpa dia harus menjilat atasannya untuk dapat itu. ada orang yang susah payah mendapat jabatan tapi he or she just doesnt meant to me sekalipun keras usaha mencari wibawa. saya tidak tahu ada dibagian mana tapi jelas bukan jenis penjilat :-).

saya bukan orang yang pengen dielu-elukan sebagai pemimpin yang baik dan selalu dikerebungi banyak orang, karena hasil kerja saya tidak dihitung dari banyaknya kawan di meja makan siang tapi dari target penjualan di akhir tahun. jadi kalau ada yang tidak suka saya secara personal, mangga mang sok wae, ga ngaruh, sebodo.

tapi belakangan saya mendapatkan pelajaran baru setelah duduk di kursi ini hampir setahun. bahwa saya tak beda dengan artis atau figur publik, saya kehilangan ruang pribadi. saya tak bisa sepenuhnya menjadi "nita" yang ekspresive, meledakledak dan jujur pada emosi sendiri.

saya tak bisa lagi terlihat stres ketika target lagilagi tak tercapai. saya ga boleh kalut ketika di akhir minggu daftar klien ga bertambah. saya tak bisa terlihat panik ketika ada masalah mengancam. saya harus tenang. setenang air dimata anakanak saya. staf saya harus tetap semangat dan tersenyum. jelas mereka tak boleh ikutan panik terhadap masalah kantor yang saya hadapi. disinilah saya kehilangan "nita"

saya bahkan tak bisa menangis ketika semangat tibatiba patah dan yang sangat ingin saya lakukan adalah kabur sejauhjauhnya. bahkan ketika saya merasa tak cukup pantas duduk di kursi ini lebih lama. tapi saya punya anakanak yang lucu, semangat muda, mereka yang mencari pengalaman dan masih mau belajar. saya harus bertahan demi mereka. ah lagilagi teman saya bilang... what a bullshit you are. mungkin tapi selalu terharu melihat mereka pulang dengan peluh sehabis menjaja hari ini... suatu saat sayang, kerja keras itu akan selalu berbuah manis. dan saya bukan orang yang percaya pada sebuah kebetulan atau peruntungan. mungkin saya hanya kurang keras berusaha...

saya harus selalu tersenyum dan menggerakan semangat itu meski kehilangan "nita".

No comments: