Masih ingat cerita kita tentang kembang pohon mangga yang setiap batangnya kita sudah “tek” bahwa yang itu punya aku dan di sebelah sana punyamu?
Mangganya sudah tiga kali berkembang dan aneh, bagianmu tak pernah sempat jadi mangga. Dia mati.
Batang pohon yang dengan jahatnya pernah kita ukir nama berdua itu masih ada, rusak sudutnya karena getah mangga. Dia protes keras, kalau bisa ditelannya nama kita berdua dengan getah itu. Sementara dua bangku malas yang tempat kita pernah menyuarakan hati dalam diam, sudah raib dicuri pemulung.
Iya yang tersisa sekarang adalah kembang mangga di bagian aku yang kalau pun dia jadi buah, selalu keduluan codot memakannya. Sementara kembang milikmu tidak pernah jadi mangga.
Selain karena daunnya yang tetap rindang dan kenangan sore kita sambil makan rendang, rasanya pohon mangga ini ingin sekali kutebang. Pun kalau kutebang, tak ada kemenangan untuk dirayakan. Kenangan bukan hal yang bisa disembunyikan dan panas mentari tak akan lagi bisa kutangkis.
(untuk pohon mangga sebelah jendela kantor yang buahnya selalu meliurkan tanpa pernah kucecap, keduluan pak amat melulu hadeuh)
No comments:
Post a Comment