Saturday, March 08, 2008

Kelas Sosial

Percaya ga kalau sampai sekarang masyarakat kita itu masih terbagi diantara kelas sosial, bawah, menengah atas dan atas. Tadinya gue pikir peng-kelasan semacam itu hanya untuk data statistik berdasarkan pengeluaran materi. Ternyata pengaruhnya sampai pada hubungan sosial.

Kalau lo melihat sinetron Indonesia dan bilang itu sampah karena tidak mencerminkan masyarakat kita, Think AGAIN. Semua orang memang bermimpi menjadi kaya supaya bisa diterima di masyarakat, supaya tidak lagi dihina. Karena orang kaya cenderung melecehkan orang lain, orang kaya hidup penuh ketakutan bahwa orang lain terutama si miskin bakal menggerogoti kekayaan mereka. Ini bukan cuma di sinetron kok, tapi sebuah kenyataan yang berusaha di denial-disangkal oleh banyak orang yang mengatasnamakan persamaan derajat. Lo cuma belum bisa mengubah sebuah realita masyarakat, kalau jurang si miskin dan kaya makin sempit, baru lah kita bisa bilang bahwa hubungan sosial sudah bisa disetarakan.

Gile gue serius amat bicara ini yah. Ini gara-gara semalam temen gue Dewi bilang, adalah dia yang terlahir seperti aristokrat, dia tahu persis dimana tempatnya berada. Selalu ada jurang antara gue sama dia. Meski dia tak sombong, tapi orang sekitarnya? Orang melayu tak hidup sendirian, kita selalu dikukung oleh kepentingan keluarga besar, dalam banyak hal termasuk memilih jodoh. So sejak awal gue sadar betul, I am cinderella if I can have him. Luckly I am not. Yeah I feel so lucky, karena gue tak menjadi kaya dari milik orang lain, tak jadi terhormat karena pasangan gue. I am what I am, gue akan tajir dengan usaha sendiri, gue akan dihormati orang sebagaimana gue menghormati mereka, bukan karena hartanya yang jelas.

Dan sekali lagi, gue mesti tahu dimana berdiri, kapan berharap dan dengan siapa mencinta. Pusing kan lo. Begitulah gue, kata Aldo, gue misterius, ga bisa ditebak dan susah didekati meski terlihat ramah. Sederhana saja, gue cuma ga pengen dihina karena gue miskin. Pengalaman hidup gue pahit, pernah dihina karena suku bangsa gue, pernah dihina karena gue miskin. So daripada berulang mending memproteksi diri. Kata bokap, meski kita miskin pantang menghiba hormat dari orang lain. Meski kita miskin, kita harus kaya hati dan ilmu karena keduanya tak bisa terukur harta.

No comments: