Tuesday, January 06, 2009

48 hari

Aku masih bisa merangkai sejuta kisah antara kita. Meski waktu kebersamaan kita tak lebih dari 48 hari. Tak ada batasan waktu untuk cinta. Bahkan ketika cinta itu Cuma datang sehari, luka yang tersisa berbekas seumur hidup. Bukan luka yang tersisa di hatiku. kamu tak pernah menyakitiku dan kurasa bukan sekedar menyangkal hal itu.Aku tak sedang ketagihan sakit. Perasaanku masih sama, bahwa yang membuatnya bertahan hinggap di hatiku Cuma satu alasan... cinta... tak ada yang lain.


”Apa yang kita lakukan sebenarnya konyol. Kita sama-sama tahu bahwa aku tak akan lama disini.” kalau boleh kuterjemahkan kasar begitulah katamu.

”Cinta berhak untuk hidup di hatiku dan hatimu. Jangan dibantah. Biarkan saja. Meski Cuma sehari umurnya, biarkan dia membahagiakan kita. Karena kita berhak untuk bahagia.” kataku.


Kita bergandeng tangan sambil telusuri jalan sempit di gang sekitar kantor. Aku tak pernah terpikir untuk berjalan seperti itu. Kita bicara cinta dalam bahasa asing untuk anak-anak.


“Bule… bule… minta uang dong bule…” teriak anak-anak sambil mengintil kita dibelakang.


Kamu cuma tersenyum.


48 hari itu cuma sebentar. Ditiap hari berakhir aku selalu merasa kehilanganmu. Kita tak pernah benar-benar tidur, tidak saat hati berhitung mundur hari.


”Berjanjilah kalau kamu akan segera mungkin mencari penggantiku. Jangan aku kamu tunggu. Kamu berhak untuk bahagia, meski bukan denganku,” kamu merangkulku erat di restaurant lantai 48 gedung BNI.

”Bagaimana kalau rasa ini untuk selamanya?”

”Jangan buat aku merasa bersalah telah menumbuhkan cinta lalu pergi tanpa harap. Don’t do that nit. Let it go, let me go.” Rangkulmu tambah erat, sebuah ciuman mendarat dibibirku. Aku ingin meraung dan berteriak, jangan pergi. Aku tahu cinta ini tak akan pernah hilang.


Tiga tahun satu bulan dua hari sejak kita resmi berpisah, kamu masih disini... selamanya.

No comments: