menjadi lajang itu susah susah gampang, asik tapi kadang menyebalkan. sebelum 32 thn, saya adalah perempuan lajang yang merasa sangat bebas, bebas mencintai siapapun, menaksir siapapun, jalan dengan siapapun. semuanya saya nikmati.
32, ketika fakta membuktikan perempuan di usia ini sudah ada di puncak dunia, saya ada disana. karir di puncak, properti ada, gaji lumayan, apalagi yang dibutuhkan?. justru ketika saya tak merasa butuh apapun, saya merasa kosong. okay, mau kaya ya tinggal pindah kerja dengan salary tinggi, atau bertahan disini tapi punya sabetan kiri kanan. properti tinggal direnovasi dan tinggali. lalu saya merasa sepi... saya butuh seseorang yang bisa dibagi kebahagiaan ini. berada di puncak ternyata tak enak sendirian.
dunia membaca kegelisahan saya. Allah yang baik mengetuk saya di titik paling tepat dalam hidup... pasangan! tapi menjadi dewasa membuat saya berpikir berulang kali. kalau bukan saya yang menjaga hati sendiri lalu siapa. tak mungkin salah memilih. kesalahan itu terjadi di usia remaja tanggung, bukan di 32. pikir matangmatang lalu putuskan.
lalu dunia berkonspirasi mempertemukan saya dengan banyak pilihan. dua tiga kawan mejabarkan nama, si A, B, C dan E, A-Z seperti jason mraz. Allah mempertemukan saya dengan beberapa wajah. tapi lagilagi cuma Allah yang punya nama akhir untuk saya. ah seandainya boleh mengintip :-) saya pasrah saja deh, agar dimudahkan segalanya kali ini. agar dipuncak saya tak lagi sendiri.
No comments:
Post a Comment