sejak semalam kamu menangis, berjuntaijuntai air matamu turun. kamu menangisi perpisahan kita hari ini. meski kamu tahu pasti aku akan kembali, di lain hari, di lain lokasi. kamu menangis tanpa angin... turun lurus tanpa kelok.
entah datang darimana firasat itu, aku hanya merasa hari ini bisa jadi terakhir menatap daratan dan bergabung bersamamu. ditelanmu, menyatu denganmu, seperti yang kamu inginkan, cinta tertahan kebersamaan dan berakhir pada kebosanan.
kamu bersekutu dengan poseidon mulai memainkan perahuku seperti bola bekel yang turun naik dilempar gadis kecil. berguncang perlahan, sering, makin sering, makin keras. panik...
sayangku samudra, di perahu ini bukan cuma aku kekasihmu, tapi ada puluhan lain yang lebih mencintai daratan darimu. aku mencintaimu, meski memilih daratan sebagai labuhan hatiku. jika kamu marah, marahlah hanya padaku, bukan mereka. pilih aku untuk kamu sekap, bukan mereka.
"mayday.. mayday kami butuh bantuan... bla bla..." nahkoda kapal mulai panik, sulit kendalikan amarahmu.. panik menenangkan puluhan orang yang bergantung pada keputusannya...
di perut perahu semua orang tiba-tiba mengenal Tuhan.. berteriak Allahu Akbar, berteriak Tuhan Yesus.. memegang erat salib, makin kencang memutar biji tasbih. aku berpelukan pada tasku, memikirkanmu samudra... jangan hari ini.... tiba-tiba... aku muntahkan semua makan siangku... lihat apa yang kamu lakukan padaku... jangan hari ini samudra.. izinkan hari ini aku kembali pada daratan.
terima kasih cinta, terima kasih samudra, terima kasih tuhan. perpisahan kali ini sungguh berkesan, dan kamu tahu pasti aku akan kembali, suatu hari. aku tahu cintaku akan berakhir di laut, seperti hidupku.. tapi tidak hari ini... suatu hari nanti.
sikuai 7 desember
No comments:
Post a Comment