Entah dimana aku pernah mengakui diri percaya pada dua cinta. Bahwa sebuah pernikahan tak akan mampu menahanmu dari jatuh cinta dan yang membatasimu hanyalah kesetiaan. Aku pernah sangat memuja kesetiaan, aku pernah berada diposisi membenci perselingkuhan. Tapi hati bukan barang mati yang bisa aku kurung dalam sebuah sangkar bernama pernikahan. Dia bisa bebas lepas tanpa orang lain tahu kecuali si empunya hati.
Dalam hati akan ada ruang yang terisi bisa lebih dari satu cinta, dalam kadar yang berbeda, dalam kualitas yang tak sama. Selalu ada tempat istimewa untuk sebuah cinta. Aku masih membagi hati untuk banyak cinta. Untuknya dan untuk dia dengan kadar yang berbeda, satu dengan yang lain tak bisa ditimbang sama besarnya, karena cinta tak bicara kualitas dan kuantitas, tapi rasa.
Jika kau tanya adakah dirimu dihatiku saat ini? Ya kamu memenuhi sebagian besar relung hati, rasanya naik ke kepala dan sebagian turun ke perut. Tiap kali mengingatmu, perutku mulas, ada rindu tak tertahan, yang ingin sekali ku jeritan dibalik gigitan bibir.. Aku cinta kamu bodoh, mengertilah, bacalah hatiku.
Lalu dia? tak usah cemburu padanya. Dia tak ada dalam nyata tapi dia ada disana. Disebagian tempat dihatiku. Tak perlu kau usik dan usir kehadirannya. Dia tak sama denganmu. Biarkan dia tenang mendapatkan cintaku yang damai. Tapi kamu dapat terusan cinta yaitu nafsu. Kamu telah menang atasnya.
Aku tak akan melepas dua cinta yang membuatku hidup dan sempurna. Aku cintaimu dan dirinya. Dalam kadar yang bernama nafsu, aku memilihmu. Lepaskan dan biarkan aku liar didekatmu.
No comments:
Post a Comment